By. Angela Januarti
#MENEMUKAN HARTA DAN BERBAHAGIA#
Pagi
ini aku terpikir untuk kembali mengunjungi biara dan mengajak beberapa
temanku. Aku mengirim sms sebelum berangkat kerja. Sesampai di kantor
aku memastikan apa mereka akan ikut melewati senja dan misa bersama.
Terlihat mereka masih ragu, apalagi hari ini kami menggenakan pakaian
dinas resmi kantor dengan setelan jas yang cukup membuat gerah hingga
menjelang sore; sedangkan aku memang sudah menyiapkan pakaian ganti.
Saat
makan siang perbincangan kembali kuulang, aku menceritakan senja-senja
yang sudah kualami. Bagiku tiap senja memiliki kesan tersendiri.
Akhirnya satu teman memastikan akan ikut, sedangkan satu lagi belum.
Senja
hampir tiba, pekerjaanku sudah selesai dan aku hendak mempersiapkan
diri menuju biara. Aku kembali menanyakan pada satu temanku apa ia akan
ikut dan ia menjawab iya. Kami bertiga segera berangkat dengan membawa
kamera untuk berfotoria. Beginilah kalau sudah berkumpul, senangnya
foto-foto. Karena agak awal datangnya, kami punya cukup waktu untuk
menikmati suasana di sekitar biara.
Aku mengajak mereka
menuju hutan di belakangan biara yang terdapat patung Bunda Maria
Regina Pacis. “Suasananya enak sekali ya?” ujar salah satu temanku yang
baru pertama kali mengunjungi biara. Mulailah kami bersukacita dengan
mendokumentasikan permandangan sekitar.
“Sudah ya, kita
bersantai di taman lagi aja,” saranku. Awalnya teman-teman penasaran
dimana tamannya. Aku duduk di kursi taman dan mengajak mereka
bersantai, “Tamannya mana kak? Masih ada waktukah bersantai?” ucap
seorang teman. Aku tertawa seraya menjawab: “Inilah tamannya, lihat
view tanaman dengan warna-warni dedaunan dan bunga yang bermekaran.”
Kami bersantai sejenak ditemani seorang diakon yang sudah kukenal.
Kami
mengikuti misa sore bersama, suasana hening menunggu misa dimulai
selalu membuat hatiku tenang. Tidak begitu lama, seorang pastur
memasuki ruang doa dan lagu pembukaan dinyanyikan. Hari ini gereja
memperingati hari St. Aloysius Gonzaga, seorang pemuda dari keluarga
bangsawan yang memilih meninggalkan harta dan kehidupan bangsawannya
dan masuk biara pada usia tujuh belas setengah tahun. Jujur saja, saat
aku mendengar sekilas tentang St.Aloysius Gonzaga yang diceritakan oleh
pastur, hatiku tersentuh. Keesokan harinya aku bahkan mencari tahu dan
membaca biografinya.
Dalam pencarianku, aku menemukan
banyak hal yang memberikan perenungan pribadi. Terlebih ketika aku
mulai ingin memilih kemana langkah kakiku selanjutnya, Tuhan memberikan
petunjuk dalam ayat yang kubaca. “Kumpulkanlah bagimu harta di surga;
di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak
membongkar serta mencurinya.” (Mat 6:20)
Sejenak aku
teringat satu kesempatan bersama papa di rumah. Kami menonton satu
acara yang menampilkan keluarga yang hidup kekurangan dengan banyak
anak-anak. Aku berkomentar: “Gimana caranya mereka bisa hidup seperti
ini?” lalu papaku menjawab: “Tapi hidup mereka bahagia,” aku terdiam.
Papa benar, mereka terlihat bahagia dengan kesederhaannya.
Senja
kali ini, aku diajak untuk menemukan harta sebenarnya. Harta yang
selama ini kucari dalam perjalanan hidup dan membawaku pada kebahagiaan
sejati bersama-Nya.
Sintang, 21 Juni 2012
SCA-AJ.020187
Setiap kepingan kehidupan memiliki keajaibannya sendiri. Keajaiban itulah yang ingin kubagikan dengan menulis.
29 Juni 2012
SENJA KEDUA PULUH SATU DI BIARA MENYURAI
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Angela Januarti
- Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar