10 Desember 2014

Oase Hidup Malaikat Kecil (Memulai Sesuatu yang Baru)


Oleh. Angela Januarti

Memulai sesuatu yang baru, tentu bukan perkara mudah. Namanya juga baru, belum bisa copy paste dari yang sebelumnya. Siang itu, kepala departemen kami memberitahu bahwa akan diadakan pertemuan bagi para akivis Credit Union (CU) Se-Kota Sintang. Ini acara perdana dan sebagai tuan rumah, kami diminta menyiapkan acara ini dengan sebaik-baiknya.
Tahap awal yang dilakukan adalah menghadiri rapat bersama aktivis CU lain; membentuk kepanitiaan dan menentukan tanggal yang tepat. Maklumlah, ada tujuh CU (CU Keling Kumang, CU Bima, CU Lantang Tipo, CU Sabhang Utung, CU Pancur Kasih, CU Puyang Gana dan CU Usaha Kita)  yang terlibat dan kami harus memastikan jadwal kegiatan di masing-masing CU tidak bentrok dengan acara ini. Kepanitiaan terbentuk satu minggu sebelum kegiatan dan bisa dibilang waktu yang dimiliki cukup singkat. Patut disyukuri, alat komunikasi masa kini bisa memudahkan panitia tetap berkoordinasi jarak jauh dan semua persiapan bisa di handle dengan baik.
Malam Keakraban (Makrab) aktivis CU, itulah nama acara yang berlangsung tanggal 7 Desember 2014. Tema yang diusung: “Membangun Komunikasi untuk Kesuksesan Bersama Credit Union.” Makrab ini dihadiri 64 aktivis dari tingkat pengurus dan manajemen CU. Kegiatan dimulai pukul 17.15 - 21.30 Wib. Rangkaian acara dibuat sederhana dan tidak formal agar setiap aktivis yang hadir bisa membaur satu sama lain. Dalam kesempatan ini, hadir pula Pastor Piet Apot, Pr yang memberikan pencerahan kepada para aktivis CU.
Dari semua rangkaian kegiatan, saya rasa yang menjadi favorite adalah sesi perkenalan para aktivis. Tidak jarang yang memandu acara bercanda dan memberi kesempatan bagi para aktivis yang masih lajang untuk mencari jodoh.
Secara keseluruhan, Makrab berlangsung lancar dan sukses. Para aktivis menyambut baik kegiatan ini dan menyoroti pentingnya komunikasi antar CU. Bila perbankan sudah mulai melakukan kolaborasi dalam pelayanan seperti ATM bersama dan transfer antar bank. CU dapat pula menggunakan persaingan kolaboratif sebagai solusi dalam pelayanan dan membangun persaingan sehat antar CU. Dan acara ini baru tahap awalnya .... 

-AJ.020187-


12 November 2014

Kenapa Aku Menulis?

 
Oleh. Angela Januarti
 


Menjadi penulis, tidak terlintas sedikitpun dibenakku. Aku menyukai dunia menulis sejak SMP, saat itu masih jamannya menulis goresan, begitu kami menyebutnya. Hanya sekedar hobi, aku tidak pernah berpikir lebih hingga tamat kuliah. Aku masih sering menulis, belajar membuat cerpen, menulis catatan yang ku upload di beberapa jejaringan sosial.
Kalau ditanya mengapa suka menulis, jawabannya sederhana; aku ingin berbagi pengalaman yang kudapatkan. Entah itu pengalaman suka duka pribadi, keprihatinan terhadap lingkungan dan banyak hal lainnya. Intinya aku menulis apa yang ingin kutulis, itu saja.
Setiap awal tahun aku terbiasa menulis daftar impian yang ingin kucapai dalam setahun. Ah, tahukah kalian aku memasukkan satu impian ingin menerbitkan buku di tahun 2011. Jujur aku tidak tahu caranya, yang kulakukan hanya menulis dan menulis. Tapi, aku percaya  Tuhan melihat kerja keras kita dalam tiap hal. Karena memasuki bulan September 2011 aku diperkenalkan pada grup penulis di facebook. Satu perkenalan tanpa sengaja.
Aku tidak menyia-yiakan kesempatan. Aku mulai melihat dan belajar banyak hal. Aku tidak paham teori dalam menulis, bahkan peletakan tanda “ untuk dialog saja aku bisa salah. Banyak kata-kata asing untukku, istilah “diksi” pernah membuatku kebingungan. Tapi inilah sebuah proses, tak ada yang diraih tanpa kerja keras dan belajar yang giat.
Soal proses belajar, aku pernah menangis karena tulisanku dikoreksi seorang penulis senior. Beliau dengan rendah hati memberikan banyak saran. Satu kalimat yang paling menyentuh adalah “menulislah dengan jujur.” Ketika aku merenungi kalimat ini dan kembali membaca tulisanku, aku mendapatkan benang merahnya.
Aku mulai semakin giat belajar dan berani mengikuti beberapa lomba menulis. Meski baru satu lomba yang lolos dalam antologi, aku sangat mensyukuri semua itu. Paling tidak, ini memacuku untuk terus bersemangat menulis. Aku juga sering berbincang bersama penulis yang lain, berbagi pengalaman dan mendengarkan saran-saran mereka. Orang cerdas mengatakan “pengalaman adalah guru yang paling baik.” Aku setuju dengan kalimat ini. Tapi, bukan hanya pengalaman pribadi yang bisa dijadikan guru, pengalaman orang lain juga bisa menginspirasi bila diresapi.
Bermodalkan keinginan untuk belajar baik dari pengalaman pribadi dan oranglain. Aku mengimbanginya dengan sikap rendah hati. Jujur, aku pribadi yang “kebal” bila dikritik. Kebal dalam arti aku tidak akan mudah tersinggung dan melihat kritikan sebagai hal positif. Kalau mendapatkan kritikan aku akan merenung dan mencari solusi memperbaiki kesalahan.
Dalam proses mencapai impian, selalu ada masa jatuh bangunnya. Aku juga merasakan hal yang sama. Ketika semangatku semakin menggebu untuk serius mendalami dunia menulis. Pekerjaan kantor juga memerlukan perhatian khusus. Aku sempat down, mengeluh dengan pekerjaan. Penulis tersebut kembali memberikanku saran bahwa kedua hal dapat berjalan berimbang. Alhasil, hingga sekarang aku menjalani keduanya dengan gembira.
Sejak saat itu, aku merasa tiap pribadi memperhatikanku. Secara tidak langsung tiap pertanyaan yang terlintas dibenakku terjawab dalam pribadi mereka. Baik itu dari candaan, postingan, status, tulisan dan perbincangan. Sungguh indah bukan?
Aku telah merasakan dampak positifnya. Keinginan untuk belajar, kerendahan hati dan kerja keras yang berpadu membawa hal indah. Tiap pribadi yang kukenal memberikan banyak kesempatan mengembangkan minat bakatku dalam menulis. Aku mulai diajak menulis renungan untuk kaum muda, menulis artikel dan cerpen di koran lokal, buletin kantor, website dan blog salah satu NGO di Australia.
Satu impian yang kutulis di tahun 2011 mendapat jalan untuk diwujudkan. Alangkah bersyukurnya hatiku. Dan aku memilih untuk tetap menulis ....


*Tulisan yang berserakan, kutemukan dalam file tahun 2013. Daripada tersimpan di sana, baiknya aku share. Siapa tahu bisa menginspirasi yang baca :)

-AJ.020187-

8 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


Cerita Cinta
Oleh. Angela Januarti

Membaca cerita Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari sangat menyegarkan. Aku menyukai kalimat-kalimat yang diutarakan para lakon dalam cerita tersebut. "Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-coba? Semua yang di dunia ini juga dilewati pakai proses itu." Aku merasa seperti seorang Che, begitu panggilan Starla padanya. Takut menyukai seseorang, takut jatuh cinta, takut coba-coba. Ada banyak ketakutan di dalam diriku. Aku bingung apa yang aku cari, seperti apa orang yang aku cari? Ah, kenapa aku jadi terbawa suasana seperti ini? Aku teringat perkataan seseorang bahwa ketakutanku itu harus dihadapi. Aku sangat ingat kalimatnya. Sejak itu aku mencoba untuk berani. Meski terkadang aku masih takut untuk lepas kendali. 
Cerita cinta selalu menghadirkan banyak warna. Aku menyukainya. Hidup terasa istimewa. Aku senang bila ada seseorang yang mendampingiku, memberitahuku saat aku salah, menyemangatiku saat aku merasa putus asa. Dan tentunya aku ingin melakukan hal yang sama kepadanya. Aku teringat seseorang, melihat fotonya saja hatiku bisa bergetar. Kali ini aku tidak mengukurnya dengan degupan jantung. Aku ingin membiarkan perasaan ini mengalir seperti apa adanya. Aku juga ingin mengatakan padanya seperti perkataan Starla "Aku ingin jadi layang-layang. Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di bumi. Jangan lepaskan aku ...." Aku tak ingin ia melepaskanku karena aku ingin hidup bersamanya.
Namun seberapa indah pun kalimat Starla pada Che, aku ingin mengatakan satu hal yang paling sederhana untuk kekasihku "Aku menyayangimu."

*Satu sore; saat mati lampu dan kepalaku pusing karena kurang istirahat.

-AJ.020187-

7 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


Seperti Apa Rasanya?
Oleh. Angela Januarti

Apakah kalian pernah jatuh cinta lagi dengan mantan kalian? Orang-orang menyebutnya Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK). Seperti apa rasanya? Aku sering mendengar bahwa kalau kita dekat dengan seseorang yang kita cintai, jantung kita akan berdetak kencang. Cukup sering aku dan dia melewati waktu bersama. Ketika kami duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat. Aku sering mencoba merasakan degupan jantungku. Semua normal-normal saja. Apa itu pertanda, aku tidak mencintainya? Apa cinta itu hanya bisa diukur dengan degupan jantung?
Aku selalu merasa nyaman di dekatnya. Kami bisa bercerita apa saja, baik mengenai pekerjaan, keluarga, impian dan masa depan. Pernah juga ia bercerita tentang kekasihnya. Ketika dia kecelakaan, temanku memberitahu via bbm. Perasaan khawatir tiba-tiba merasuki seluruh jiwaku. Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku rasa jantungku berdetak kencang karena khawatir akan keselamatannya.
Kami masih menjalin persahabatan hingga saat ini. Aku berpikir semua ini tentu karena kami memulai dan mengakhiri hubungan dengan baik-baik. Kami masih saling mendukung, mendengarkan saat yang satu bercerita, memberi saran saat yang lainnya membutuhkan. Seperti apa rasanya jatuh cinta lagi kepada orang yang sama?

*di sore hari seraya menunggu hujan reda

-AJ.020187-

5 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


#Perkenalan#

Oleh. Angela Januarti

Hari ini aku berkenalan dengan dua orang wartawan. Atau lebih tepatnya diperkenalkan oleh seorang teman (yang juga wartawan). Hal ini berawal ketika aku mengirimkan bbm menanyakan alamat emailnya. Email lamaku di hack orang dan celakanya aku lupa pertanyaan rahasia yang bisa menyelamatkan emailku. Maka, aku kehilangan semuanya, termasuk alamat email temanku ini. Aku bilang padanya ingin mengirimkan cerpen. Karena kebetulan aku ada menulis beberapa cerpen dan mengambil satu tema tentang menjadi seorang ibu. Niatnya, kalau terbit akan kujadikan hadiah ulang tahun untuk ibuku. 
Perbicangan kami berlanjut saat aku bertanya padanya; apakah dia punya teman wartawan dari koran nasional. Secepat kilat aku membaca balasan bbm-nya dengan bunyi 'Ada donk.' Lantas dia menyebutkan nama dua koran nasional dan satu media online. Tidak menunggu lama, aku minta dikenalkan. Share pin bb (kalau ada), tapi aku memintanya untuk izin ke mereka terlebih dulu. Tidak elok rasanya kita memberikan pin seseorang tanpa izin yang bersangkutan. Tidak lama, dia bbm lagi katanya 'Abang kasi pin kamu ke kawan, bolehkan?' dan segera jugalah aku mendapat broadcast massage-nya dengan bunyi 'Kenalin nich, penulis fiksi handal dari Sekadau (temanku) Angela Januarti Kwee.' Membaca broadcast massage-nya membuatku menempelkan wajah ke meja kerjaku. Aduh! Langsung aku bbm lagi dan bilang 'Abang, lebayyyy a. Kenalinnya biasa ajalah', dia mengirimkan lambang senyum lebar dengan kalimat 'Udah izin.'
Selang beberapa menit, aku mendapat permintaan pertemanan. Dan ternyata dari salah satu teman wartawan yang disebutnya. Aku berdecak kagum "Manjur juga promosinya."
Aku dan wartawan itu berbincang singkat. Aku bertanya gimana caranya mengirim cerpen atau tulisan. Dia balik bertanya 'Ada blog?' Dengan polos aku menjelaskan blogku sudah lama tidak di update. Dia berkomentar 'Lebih baik aktif di blog', dan aku bertanya balik, 'Kenapa menurut abang lebih baik aktif di blog?' Mengingat aku men-share-kan tulisanku dengan cara berbeda. 'Setidaknya itu melatih diri untuk semangat menulis. Karena itu karya milik kita. Dan beretika tentunya.' Aku terpukau dengan kalimat yang diutarakannya via bbm. 'Semua karya tentunya harus beretika dong bang', begitu aku menjawab bbm-nya.
Malam harinya, aku juga berbincang dengan seorang wartawan lain (masih termasuk temannya temanku). Dalam perbincangan kami, dia juga menanyakan apakah aku punya blog. 'Punya blog itu penting sekali' begitu katanya. 'Menurut abang kenapa penting?' aku balik bertanya. 'Karena itu karya di luar rutinitas kita. Karena aku menulis diluar kegiatanku' timpalnya. Mengingat tema yang dia tulis lebih banyak mengenai perbankan, agribisnis dan niaga jasa. Aku mengirimkan tanda tertawa dan berkomentar 'Iya, kalau keseharian abangkan nulisnya yang berat-berat temanya. Tapi kalau aku nulis kebanyakan tentang rutinitas.'
Perbincangan kami yang singkat memberikan perenungan untukku. Aku selalu senang merenungi apa saja yang kualami. Jadi teringat sebuah kutipan dari Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, bahwa “Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.” Karena perkataan mereka aku kembali membuka blogku, mendapati sudah hampir setahun tidak di update. Tiba-tiba saja aku merasakan kerinduan yang mendalam. Rindu bercampur pertanyaan, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan blog ini terlantar sendirian, tanpa penghuni yang sedang asik melalang buana dan hampir lupa pulang? Dan hari ini penghuninya kembali, ia mulai membagikan cerita lagi.

-AJ.020187-


Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125