#KEJUTAN DARINYA#
Oleh. Angela Januarti
Lama tidak berkunjung ke biara, membuatku sangat
merindukan senja di sana. Hari ini aku bersiap untuk melewati senja dan misa
bersama mereka. Usai jam kerja, aku memacu kendaraanku menuju biara. Dalam
perjalanan ke sana, aku berpikir ‘andai
ada pribadi-pribadi baru yang bisa kukenal dalam kisah senja, pasti banyak hal
menarik yang bisa kupelajari.’ Aku tersenyum sendiri memikirkan keseruan
yang akan terjadi.
Sesampai di parkiran, aku melihat bruder tengah
berbincang dengan seseorang. Mereka terlihat larut dalam perbincangan, seraya
duduk di atas rumput taman belakang biara. Aku berjalan menuju pada mereka.
Ternyata seseorang yang kulihat itu adalah pastor yang baru ditahbiskan. Ia
akan bertugas di salah satu paroki di Kabupaten Kapuas Hulu.
Tidak berselang lama, dua orang datang bergabung – mereka adalah para
frater yang juga akan menuju tempat tugas masing-masing. Hari ini termasuk special, pastor tersebut akan membawakan
misa sore. Ini misa perdananya di biara Menyurai.
Bacaan dalam misa hari ini bercerita mengenai
perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Mereka yang datang
lebih dahulu dan terakhir dibayar sama-sama satu dinar. Maka pekerja yang
datang terlebih dahulu bersungut-sunggut kepada tuan itu. “Tetapi tuan itu
menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap
engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?” (Mat 20:13). Aku mengambil
satu kalimat inti dari homili yang pastor berikan dari bacaan tersebut.
“Janganlah kita banyak menuntut kepada Tuhan.“
Usai misa, aku diajak untuk mengikuti ibadah sore. Ini menjadi
pengalaman pertamaku. Seorang bruder membantuku dengan memberitahu halaman demi
halaman buku yang digunakan. Meski diawal sempat kebingungan, aku sungguh
menikmati kesempatan ini.
Selanjutnya kami kembali berbincang di ruang makan.
Kebetulan juga ada seorang koko yang berkunjung ke biara. Koko bercerita
tentang pengalaman pergi turne bersama para pastor dari jalur sungai. “Bila
arus sungai bagus, perlu waktu sekitar enam jam menggunakan speedboat. Kalau arus tidak stabil, bisa
satu hari,” tuturnya. Itu adalah petualangan yang menyenangkan. Aku ‘iri’.
Masing-masing dari mereka bercerita dengan sangat gembira. Kali ini, aku menjadi
pendengar yang baik.
Kami menutup hari dengan completorium.
Keheningan biara membuatku khusyuk mengikuti ibadah penutup. Senja kali ini
sungguh menyenangkan. Apa yang kupikirkan telah Tuhan wujudkan menjadi nyata
seketika itu juga. Kalimat dalam homili pastor tepat sekali – jangan banyak
menuntut. Hari ini, tanpa menuntut pun, Ia sudah memberikan yang terbaik
bagiku.
Perkenalan bersama mereka, tiap cerita dan pengalaman dalam kisah
senja, membuatku semakin bersyukur akan kebaikan Tuhan dalam hidupku. Inilah
kejutan sederhana dari-Nya dan aku tak akan melupakan semua ini.
*