28 Mei 2013

Surat Kedua dari Desa

Oleh. Angela Januarti


write-story
Dear David…
Bagaimana kabarmu? Sudah cukup lama aku tidak mengirim surat. Aku yakin kamu pasti penasaran dengan kegiatanku. Baiklah. Aku akan mulai bercerita tentang petualanganku ke satu tempat yang baru lagi.
Kemarin, aku mendapat tugas untuk berkunjung ke satu desa selama tiga hari untuk pekerjaan rutinku. Aku dijemput seorang teman yang bertugas di sana. Setelah makan siang, kami berdua bersiap untuk berangkat. Jaraknya cukup jauh, tiga jam perjalanan menggunakan motor dengen kecepatan sedang. Kalau dipikir-pikir memang tidak bisa mengebut, jalannya tanah kuning bercampur lumpur.  Awalnya aku ingin membawa dua buah ransel, maklum aku harus membawa serta laptop dan peralatan kerja lainnya. Tapi niat kuurungkan karena kami menggunakan motor besar dan temanku juga membawa ransel. Fiuhhh … untung saja hanya satu ransel, pundakku terselamatkan dari beban berat. Jalan seperti ini sudah biasa sih kalau masuk ke desa-desa, aku mencoba menikmatinya. Intinya yang penting cuaca cerah agar jalanan tidak licin. Sekali, motor temanku terbenam, ternyata kami salah mengambil jalur yang pas untuk lewat. Aku pun harus berjalan dulu sambil menunggu dia mengeluarkan motornya dari tanah yang lengket. Awalnya aku mau membantu, tapi katanya tidak usah. Sebelumnya aku berharap bisa mengejar waktu untuk berkunjung ke kampung terdekat dan bertemu warga di sore atau malam hari. Namun semuanya batal karena aku dan temanku sangat kelelahan.
Kamu tahu nggak, David. Aku berkenalan dengan satu teman seperjuangan yang usianya masih sangat muda. Gadis tomboi yang sangat bersemangat. Usianya baru 20 tahun. Dia mengingatkanku pada diriku empat tahun yang lalu. Saat aku pertama kali bekerja di sini. Paling tidak setelah bertemu dengannya, ada satu motivasi baru yang kudapatkan.
Tunggu … tunggu … jangan bosan dulu ya. Aku masih ingin bercerita dihari pertama aku sampai di sana. Sore hari, aku menjadi koki. Kamu pasti sangat tahu aku hobi memasak. Kebetulan di kantor hanya ada aku dan dua orang teman, dua lainnya masih di lapangan dan belum pulang. Aku memasak menu sederhana, tampaknya agak susah mencari sayur di desa ini. Sayur hanya bisa dibeli dari pedagang keliling saat pagi hari. Aku masak sarden kaleng, telur dadar dan menumis timun yang masih tersisa dua biji di dapur. Senangnya semua teman menikmati masakanku. Ada satu cerita menarik dimalam hari. Saat aku berniat menonton tv, aku diberitahu beberapa hari ini parabolanya tidak dapat sinyal. Aku sempat kebingungan, mana di sini juga tidak ada sinyal hp. Kalau pun ada mesti pakai bantuan antena. Akhirnya kami memilih nonton film di laptop. Ya, hitung-hitung lumayanlah untuk menghabiskan malam bersama mereka. Ada cerita lucu loh dari teman-teman, saat menjelang tengah malam, mereka memutar film horor. Aku sih memilih tidur duluan untuk bersiap ke lapangan esok harinya. Gara-gara nonton, mereka malah ketakutan semua. Dasar. Ada-ada saja. Tapi itulah keseruan dengan mereka.
Hari kedua : pagi hari aku bersiap untuk ke lapangan. Aku ditemani seorang teman laki-laki. Sebelum berangkat kami sarapan terlebih dahulu, katanya di kampung-kampung yang akan kami kunjungi tidak ada warung makan. Sambil menunggu motor temanku di service, kami berkeliling mengunjungi rumah warga. Memang agak sulit bertemu mereka saat pagi atau siang hari. Biasanya mereka akan berada di rumah diatas jam empat sore setelah pulang dari ladang. Tapi kami cukup beruntung. Beberapa warga sudah pulang dari ladang untuk istirahat siang. Kami berkunjung dan berbincang dan aku pun melaksanakan tugas seperti biasa.
Selanjutnya, kami berjalan kaki menuju rumah yang lain. Dalam perjalanan aku melihat anak-anak sekolah yang tengah bermain. Ada yang tanding volly, main di hutan dekat sekolah dan main bersama teman-temannya. Kata ibu penjaga kantin, hari ini jam olahraga. Sebagian menggunakan pakaian olahraga, lainnya pakaian biasa. Dua anak yang tengah bermain sendiri menarik perhatianku. Kamu tahukan aku sangat senang memperhatikan tiap tingkah mereka. Selalu ada hal yang bisa kupelajari dari dunia anak-anak ini. Mereka tidak menggenakan alas kaki. Bajunya sangat lusuh berpadu dengan celana pendek sederhana. Rambutnya berantakan, wajahnya kotor. Mereka terlihat asyik bermain dengan lembaran daun seraya duduk di atas pohon yang tergeletak di tanah. Aku mendokumentasikan momen itu. Foto-foto mereka akan menjadi pengingat saat aku melihatnya kembali nanti. Ohya, ada hal yang lucu saat aku ingin memotret. Anak-anak itu berlari ketakutan. Sesekali terdengar tawa mereka satu dengan yang lain. Sungguh … melihat tingkah mereka membuatku bahagia. Saat aku hendak berjalan menjauh, mereka mengikuti dan memperhatikanku. Seakan-akan bahasa tubuhnya memberitahu isi pertanyaan di benak mereka “Kakak itu mau ngapain lagi ya?” Meski keseharian mereka sangat sederhana, tampak mereka sangat menikmati masa kanak-kanaknya.
Sekitar jam 12.00 kurang kami melanjutkan perjalanan ke kampung yang lain. Hari pertama aku berpetualangan, kami mengunjungi tiga kampung sekaligus. Saat perut mulai keroncongan, kami harus menuju kampung keempat hanya untuk mencari warung dan makan siang. Perkataan temanku benar. Tidak ada warung makan. Hanya ada warung kecil tempat memesan mie telur. Lumayanlah untuk mengganjal perut hingga makan malam. Intinya hari ini sangat seru. Tuhan terlihat sangat mendukung usahaku dengan memberikan cuaca yang cerah. Permandangan senja saat kami hendak pulang mampu hapuskan penat dan lelah dalam petualangan. Suatu hari, aku ingin mengajakmu ke sini, David.
Okay, itu saja dulu ya ceritaku. Lain kali aku akan melajutkan cerita untuk hari ketiga dan keempatnya. Seperti janjiku, aku selalu sehat dan baik di sini. Kamu juga jaga kesehatan ya. Kita saling mendoakan.

Salam sayang dan rinduku,
MAWAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125