Oleh. Angela Januarti
Dear David…
Bagaimana kabarmu? Sudah cukup lama aku tidak mengirim surat. Aku
yakin kamu pasti penasaran dengan kegiatanku. Baiklah. Aku akan mulai
bercerita tentang petualanganku ke satu tempat yang baru lagi.
Kemarin, aku mendapat tugas untuk berkunjung ke satu desa selama tiga
hari untuk pekerjaan rutinku. Aku dijemput seorang teman yang bertugas
di sana. Setelah makan siang, kami berdua bersiap untuk berangkat.
Jaraknya cukup jauh, tiga jam perjalanan menggunakan motor dengen
kecepatan sedang. Kalau dipikir-pikir memang tidak bisa mengebut,
jalannya tanah kuning bercampur lumpur. Awalnya aku ingin membawa dua
buah ransel, maklum aku harus membawa serta laptop dan peralatan kerja
lainnya. Tapi niat kuurungkan karena kami menggunakan motor besar dan
temanku juga membawa ransel. Fiuhhh … untung saja hanya satu ransel,
pundakku terselamatkan dari beban berat. Jalan seperti ini sudah biasa
sih kalau masuk ke desa-desa, aku mencoba menikmatinya. Intinya yang
penting cuaca cerah agar jalanan tidak licin. Sekali, motor temanku
terbenam, ternyata kami salah mengambil jalur yang pas untuk lewat. Aku
pun harus berjalan dulu sambil menunggu dia mengeluarkan motornya dari
tanah yang lengket. Awalnya aku mau membantu, tapi katanya tidak usah.
Sebelumnya aku berharap bisa mengejar waktu untuk berkunjung ke kampung
terdekat dan bertemu warga di sore atau malam hari. Namun semuanya batal
karena aku dan temanku sangat kelelahan.
Kamu tahu nggak, David. Aku berkenalan dengan satu teman seperjuangan
yang usianya masih sangat muda. Gadis tomboi yang sangat bersemangat.
Usianya baru 20 tahun. Dia mengingatkanku pada diriku empat tahun yang
lalu. Saat aku pertama kali bekerja di sini. Paling tidak setelah
bertemu dengannya, ada satu motivasi baru yang kudapatkan.
Tunggu … tunggu … jangan bosan dulu ya. Aku masih ingin bercerita
dihari pertama aku sampai di sana. Sore hari, aku menjadi koki. Kamu
pasti sangat tahu aku hobi memasak. Kebetulan di kantor hanya ada aku
dan dua orang teman, dua lainnya masih di lapangan dan belum pulang. Aku
memasak menu sederhana, tampaknya agak susah mencari sayur di desa ini.
Sayur hanya bisa dibeli dari pedagang keliling saat pagi hari. Aku
masak sarden kaleng, telur dadar dan menumis timun yang masih tersisa
dua biji di dapur. Senangnya semua teman menikmati masakanku. Ada satu
cerita menarik dimalam hari. Saat aku berniat menonton tv, aku
diberitahu beberapa hari ini parabolanya tidak dapat sinyal. Aku sempat
kebingungan, mana di sini juga tidak ada sinyal hp. Kalau pun ada mesti
pakai bantuan antena. Akhirnya kami memilih nonton film di laptop. Ya,
hitung-hitung lumayanlah untuk menghabiskan malam bersama mereka. Ada
cerita lucu loh dari teman-teman, saat menjelang tengah malam, mereka
memutar film horor. Aku sih memilih tidur duluan untuk bersiap ke
lapangan esok harinya. Gara-gara nonton, mereka malah ketakutan semua.
Dasar. Ada-ada saja. Tapi itulah keseruan dengan mereka.
Hari kedua : pagi hari aku bersiap untuk ke lapangan. Aku ditemani
seorang teman laki-laki. Sebelum berangkat kami sarapan terlebih dahulu,
katanya di kampung-kampung yang akan kami kunjungi tidak ada warung
makan. Sambil menunggu motor temanku di service, kami berkeliling
mengunjungi rumah warga. Memang agak sulit bertemu mereka saat pagi atau
siang hari. Biasanya mereka akan berada di rumah diatas jam empat sore
setelah pulang dari ladang. Tapi kami cukup beruntung. Beberapa warga
sudah pulang dari ladang untuk istirahat siang. Kami berkunjung dan
berbincang dan aku pun melaksanakan tugas seperti biasa.
Selanjutnya, kami berjalan kaki menuju rumah yang lain. Dalam
perjalanan aku melihat anak-anak sekolah yang tengah bermain. Ada yang
tanding volly, main di hutan dekat sekolah dan main bersama
teman-temannya. Kata ibu penjaga kantin, hari ini jam olahraga. Sebagian
menggunakan pakaian olahraga, lainnya pakaian biasa. Dua anak yang
tengah bermain sendiri menarik perhatianku. Kamu tahukan aku sangat
senang memperhatikan tiap tingkah mereka. Selalu ada hal yang bisa
kupelajari dari dunia anak-anak ini. Mereka tidak menggenakan alas kaki.
Bajunya sangat lusuh berpadu dengan celana pendek sederhana. Rambutnya
berantakan, wajahnya kotor. Mereka terlihat asyik bermain dengan
lembaran daun seraya duduk di atas pohon yang tergeletak di tanah. Aku
mendokumentasikan momen itu. Foto-foto mereka akan menjadi pengingat
saat aku melihatnya kembali nanti. Ohya, ada hal yang lucu saat aku
ingin memotret. Anak-anak itu berlari ketakutan. Sesekali terdengar tawa
mereka satu dengan yang lain. Sungguh … melihat tingkah mereka
membuatku bahagia. Saat aku hendak berjalan menjauh, mereka mengikuti
dan memperhatikanku. Seakan-akan bahasa tubuhnya memberitahu isi
pertanyaan di benak mereka “Kakak itu mau ngapain lagi ya?” Meski
keseharian mereka sangat sederhana, tampak mereka sangat menikmati masa
kanak-kanaknya.
Sekitar jam 12.00 kurang kami melanjutkan perjalanan ke kampung yang
lain. Hari pertama aku berpetualangan, kami mengunjungi tiga kampung
sekaligus. Saat perut mulai keroncongan, kami harus menuju kampung
keempat hanya untuk mencari warung dan makan siang. Perkataan temanku
benar. Tidak ada warung makan. Hanya ada warung kecil tempat memesan mie
telur. Lumayanlah untuk mengganjal perut hingga makan malam. Intinya
hari ini sangat seru. Tuhan terlihat sangat mendukung usahaku dengan
memberikan cuaca yang cerah. Permandangan senja saat kami hendak pulang
mampu hapuskan penat dan lelah dalam petualangan. Suatu hari, aku ingin
mengajakmu ke sini, David.
Okay, itu saja dulu ya ceritaku. Lain kali aku akan melajutkan cerita
untuk hari ketiga dan keempatnya. Seperti janjiku, aku selalu sehat dan
baik di sini. Kamu juga jaga kesehatan ya. Kita saling mendoakan.
Salam sayang dan rinduku,
MAWAR
Setiap kepingan kehidupan memiliki keajaibannya sendiri. Keajaiban itulah yang ingin kubagikan dengan menulis.
28 Mei 2013
Surat Kedua dari Desa
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Angela Januarti
- Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar