By.Angela
Januarti
Senja dalam keheningan di satu tempat jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan
Luas tempat ini mencapai empat hektar dengan taman dan
pepohonan
Bangunan yang sudah cukup tua mengisi luasnya, dibangun pada
tahun 1988.
Meski bangunan ini sudah berusia dua puluh tiga tahun, direnovasi
beberapa kali
Keindahannya tetap memukau hatiku.
Aku menyukai tempat ini, dan bangunan yang satu tahun lebih
muda dari usiaku…
Aku duduk diruang makan bersama seorang Romo. Kami larut
dalam perbincangan.
Aku mendengarkan dengan seksama setiap kata yang terucap
dari bibirnya. Saran-saran itu sangat berharga untukku.
Sesekali tanganku menulis dalam lembar kertas putih, agar
aku tak melupakan point-point penting perbincangan.
Waktu terus berjalan,
tak banyak kesempatan untuk terus berbincang.
“Saya harus
bersiap-siap untuk Misa sore”, ucapnya sambil bergegas.
“Sampai jam berapa
Misanya Romo”, tanyaku.
“Jam enam sore Angela.
Bila kamu ingin ikut, kamu bisa mempersiapkan dirimu di ruangan untuk Misa”.
Sejenak aku berpikir dan kuputuskan untuk mengikuti misa.
Misa pertama ditempat ini, meski aku sudah beberapa kali berkunjung.
Ku persiapkan diriku dan masuk ke satu ruangan. Ruangan
dengan ukuran 5x7 meter, dipakai untuk Misa harian dan Misa mingguan.
Hanya terdapat enam kursi panjang di depan Altar, empat buah
kursi diletakkan di sebelah kanan dan satu kursi di sisi kirinya.
Sebuah Salib besar di letakan diatas dinding dekat Altar, Patung
Bunda Maria disisi kanan dekat dinding dan sebuah Tabernakel di dinding sebelah
kiri.
Ku lihat empat orang anak remaja sedang sibuk menyiapkan
perlengkapan Misa, mereka terlihat sedikit terkejut dengan kehadiranku. Mungkin
karna aku baru pertama kali Misa disini.
“Ingin ikut Misa disini adek”, ucapku sembari tersenyum.
Merekapun tersenyum manis padaku, dan beberapa saat aku
terus memperhatikan kegiatan mereka hingga akhirnya aku memilih untuk berteduh
dalam Doa.
Waktu kembali berjalan, serasa tak ingin berhenti. Sesekali
aku melirik jam tanganku untuk memastikan waktu. Masih ada beberapa menit untuk
aku bisa mempersiapkan diriku.
Ruangan ini sunyi, hanya sesekali terdengar suara
suster-suster membuka pintu ketika masuk.
Sangat hening
Terasa sangat damai
Aku merasa nyaman dengan suasana ini…
***
Lagu pembukaan dihanturkan, sesaat keheningan terpecah dengan
puji-pujian kepada Tuhan.
Dua orang Romo memasuki ruangan menggunakan pakaian berwarna
hijau, dalam bahasa Latin pakaian itu disebut
Kasula dan Stola untuk selendang yang dikenakan.
Dalam gereja, pakaian berwarna hijau digunakan untuk Masa Biasa.
Suara nyanyian telah hilang berganti suara seorang Romo yang
memimpin misa.
“Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, Amin.”
Tanda Kemenangan yang selalu mengawali setiap Misa dan
setiap hal yang ingin kulakukan. Aku sangat mencintai Tanda itu, karena ia sangat
bermakna bagiku dan tentunya bagi semua umat Katolik.
Misa terus berlanjut dalam keteduhan berjumpa dengan Tuhan***
Saat memasuki pembacaan Alkitab, seorang gadis remaja maju
kedepan untuk membawakan bacaan.
Ia terlihat sangat manis, wajahnya sangat polos, rambut
hitam sebahunya tergerai alami
Ia mulai membaca, meski beberapa kali ia terbata. Terkadang
intonasinya kurang pas, kata-kata yang diucapkan sedikit berantakan, namun ia
sangat bersemangat.
“Tuhan, ia berbincang kepadaMu dengan kepolosannya”, ucapku
dalam hati.
Aku tersenyum haru akan semangatnya, ia tak peduli meski ia
terbata, semangatnya terus mengalir laksana air sungai yang deras dan
menyejukan.
“Biarlah anak-anak datang padaKu, karena merekalah empunya
Kerajaan Surga”
Aku ingat beberapa kalimat dalam satu ayat di Alkitab, “itu
Perkataan Tuhan”.
YA….. anak itu, dengan segala kepolosannya, ia melayani
Tuhan.
Misa terus dilanjutkan dan kami mengikutinya dengan penuh
kekusukan bertemu dengan Tuhan..
***
Tanpa terasa waktu menunjukan pukul 18.08 malam, ketika Misa
selesai, aku kembali berbincang.
Kudapatkan satu perkenalan, bersama seorang Romo yang belum
ku kenal. Romo yang melayani salah satu Paroki di satu desa, hanya sekitar satu
jam perjalanan dari tempatku berada..
Senja, berakhir indah…
Bersama mereka….
Ketika semua bersiap untuk pulang, akupun berpamitan….
Aku pulang dengan satu sukacita dalam hati, akan satu senja
yang indah di Biara ini…
“Terima kasih Tuhan” ***
SCA-AJ.020187
Tidak ada komentar:
Posting Komentar