29 Agustus 2012

Oase Hidup Malaikat Kecil

By. Angela Januarti

#HUJAN BUKAN PENGHALANG#

Senin pagi di penghujung bulan Agustus 2012, Kota Sintang diguyur hujan deras. Detak jarum jam terus terdengar, seperti tidak mau kalah dengan gemuruh hujan. Aku bersama teman-teman tengah bersiap untuk berangkat kerja sebelum pukul 7.30. Bisa dibilang kami berpacu dengan waktu karena absen masuk kantor di setting 7.30. Berniat untuk terus disiplin dengan waktu, aku dan dua teman tetap memilih berangkat dengan menggenakan mantel.


Awal perjalanan, semua biasa saja. Kalau ditanya apa hujan membuatku kesal. Jawabannya tidak. Karena aku sangat menyukai hujan. Aku senang menikmati tetesan hujan yang membuatku sedikit kedinginan. Tapi … tunggu dulu. Aku terkejut karena jalanan di Kota Sintang tergenang air. Bahkan ada satu keluarga (Ayah, Ibu dan anak) yang terjebak dan motornya mogok. Apalagi mereka tidak menggunakan mantel. Basah kuyup sudah mereka semua. Aku terus melaju dengan kecepatan sedang, mencoba melewati genangan air yang cukup dalam. Anggaplah ini rintangan kecil dalam perjalanan.
Sesampai di parkiran kantor, kudapati teman-teman yang sudah datang dan juga basah kuyup. Bahkan ada yang rela menggunakan pakaian biasa dan harus ganti lagi ketika tiba di kantor. Sedangkan aku dan beberapa teman memilih langsung menggunakan pakaian kerja. Lucunya, seorang adik lupa kalau hujan deras. Dengan santai dia menggenakan kaos kaki dan sepatu kerjanya. Alhasil, semua basah dan tidak bisa dikenakan lagi hingga ia harus menggenakan sendal. Sembari santai mengeringkan pakaian yang sedikit basah, aku memadangi teman-teman dengan tingkahnya masing-masing.



Berselang beberapa menit, ada lagi teman yang datang menggenakan mantel. Kali ini tampangnya seperti astronot, dengan mantel setelan (baju dan celana) dan tas ransel berisi perlengkapan kerja.


Meski hujan, semua tetap bersemangat berangkat kerja dengan berbagai cara. Hujan bukan jadi penghalang memulai aktivis kerja. Bahkan bila diperhatikan, ada saja cerita yang bisa dibagikan karena hujan.*

Sintang, 27 Agustus 2012
SCA-AJ.020187

2 Agustus 2012

SENJA KEDUA PULUH DUA DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti
#TUMBUH DAN MENJADI BESAR#

Dipenghujung bulan Juli aku merasa rindu untuk kembali melewati senja. Sudah satu bulan lebih sembilan hari aku tidak memiliki kesempatan itu. Akhirnya aku mengirimkan sms dan menanyakan pada Pastur, apakah ada misa sore hari ini. Ketika kubaca sms yang mengatakan ada misa, hatiku merasa sangat gembira. Aku seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah dan meloncat kegirangan.

Aku menuju biara setelah jam kerja usai. Saat memasuki biara, aku bertemu Pastur dan berbincang sebentar. Perbincangan yang menyenangkan tentang acara tahbisan enam Mawar yang berlangsung meriah beberapa minggu lalu dan satu Mawar lain dua hari lalu.

Suasana misa sore ini terasa meriah karena ruangan dipenuhi para suster dan anak asrama. Bahkan ada yang duduk di bagian luar karena memang ruangan doanya tidak terlalu besar. Namun semua itu tidak menghilangkan suasana hening. Misa dipimpin oleh Pastur Paroki Benua Martinus yang kebetulan menginap di Menyurai. Dalam misa kali ini aku senang mendengarkan bacaan Injil tentang biji sesawi yang kecil , tetapi bila sudah tumbuh akan lebih besar dari  pada sayuran yang lain. Perumpamaan ini memberikanku renungan bahwa semua yang besar berawal dari hal kecil. Jadi aku bisa lebih menghargai itu.

Setelah misa selesai, Pastur mengajakku untuk makan malam bersama sekaligus berkenalan dengan seorang Bruder yang belum lama pindah ke Menyurai. Kami berbincang seraya bersantap malam. Ada banyak cerita yang mereka bagikan padaku. Salah satu yang berkesan adalah tentang satu komunitas kaum muda bernama Choice. Aku suka dengan motto mereka, “Choice : To know, to love, to serve.”

Ketika kami sudah selesai bersantap dan membereskan perlengkapan makan, aku diajak untuk mengikuti completorium. Awalnya aku sedikit kebingungan dengan istilah ini, tapi setelah dijelaskan artinya ibadah penutup, aku menjadi mengerti.

“Angel baru tahu ada istilah ibadah penutup, Pastur. Biasanya  Angel hanya tahu setiap malam minggu ada doa Rosario setelah makan malam.” Pastur tersenyum mendengar ucapanku dan kami segera bersiap untuk ibadah penutup.
Pertama kali mengikuti ibadah ini membuatku cukup kebingungan meski ada buku kecil yang digunakan sebagai panduan. Sesekali Pastur memberi tahu halaman buku yang digunakan. Lucunya adalah aku tidak pandai membaca not lagu, tapi ada beberapa doa yang harus dinyanyikan. Aku belajar  mengikuti dan bernyanyi secara perlahan. Meski begitu aku merasa senang dapat ambil bagian mengikuti misa sore hingga completorium.

Hari semakin larut dan aku berpamitan untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah dan hendak menuliskan catatan kecil, kalimat to know, to love, to serve membuatku merenungkan tentang pengalaman senjaku.

Senja di biara Menyurai mungkin hanya pengalaman-pengalaman kecil bagiku. Tapi ketika tiap senja berlalu, selalu ada hal baru yang kudapatkan. Tanpa kusadari semua itu membuatku lebih baik hari demi hari. Membuatku belajar banyak hal yang tidak kuketahui. Pada akhirnya ketika aku semakin tahu, semakin mencintai, aku bisa semakin mengerti seperti apa melayani dengan pilihan yang kupilih.

Seperti biji sesawi yang kecil, aku percaya diriku akan tumbuh menjadi besar dari pengalaman ini.

Senja di biara Menyurai, senja yang selalu berkesan dan penuh pengalaman manis.

Sintang, 30 Juli 2012
SCA-AJ.020187

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL

TAWAKU ADA KARENA MEREKA
By. Angela Januarti

Pagi ini perasaanku lebih nyaman setelah harus istirahat karena sakit. Kupanaskan air untuk mandi dan mempersiapakan diri untuk masuk kerja. Tidak lupa juga aku sarapan, karena bulan puasa warung di seberang kantor juga tutup. Jadi aku memilih memasak menu ringan untuk bisa kusantap.

Setelah semua beres, seorang adik bernama Ujang menuju dapur. “Yan, kak Angel …,” ucapannya terpotong. “Aku pikir tadi Yanti kak,” ujarnya. Ternyata dia mau menanyakan pada sahabatku Yanti apa aku sudah berangkat kerja. Langsung saja aku menjawab ingin ikut dia.

Ujang mengendarai motor King dengan kecepatan sedang. Suasana pagi setelah diguyur hujan semalaman sangat sejuk. Jarang sekali aku bisa menikmati perjalanan menuju kantor seperti ini. Biasanya kalau membawa motor sendiri, aku terlalu fokus mengendarai motor dengan baik agar selamat sampai tujuan. Kali ini memang berbeda. AKu membiarkan angin pagi menerpa wajahku dan memberikan kesejukan. Kupandangi sekeliling sepanjang perjalanan. Pohon-pohon rindang, lalu lintas yang mulai ramai, burung-burung yang beterbangan serta sungai Kapuas yang mengalir perlahan. Suasana seperti ini membuatku sesekali tersenyum sendiri.

Sesampai di parkiran kantor, aku bertemu beberapa sahabat yang juga baru datang. Pina adik seperjuangan menyapaku: “Kakak sudah sembuh?” tanyanya. “Belum terlalu Pina.” “Loh, kenapa masuk?” tanyanya lagi. “Karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan,” jelasku. Sapaan kecil seperti ini membuatku tahu mereka peduli padaku.

Aku menuju ruang meeting untuk ikut briefing pagi. Sudah ada beberapa sahabat yang datang. Aku tersenyum pada mereka dan merasakan suasana yang penuh kekeluargaan. Kami membicarakan beberapa hal sebelum memulai aktivitas masing-masing. Saat briefing masih berlangsung, seorang adik bernama Tini berbicara padaku: “Kak, siapa yang pegang handphone pribadi kakak?” tanyanya. “Kakak, memangnya kenapa?” “Ada aku kirim sms, baca deh,” balasnya. Aku membuka sms yang dia kirimkan dan tertawa geli. Smsnya berbunyi: Kakak Engel cantik … hehehe.

Setelah kami menutup briefing dengan doa pagi. Kami sibuk untuk memberikan tanda tangan pada buku briefing. Aku mencari pulpen dan melihat ada gantungan dua boneka Koala dalam kotak pensil. Kuambil salah satunya dan memberikan pada Tini seraya berkata: “Kado untukmu karena kamu bilang kakak cantik pagi ini.” “Lucunya …,” ujarnya senang. Semua sahabat yang mendengar ucapanku heboh dan kami tertawa bersama. Sesaat ruang meeting menjadi ruang yang penuh keceriaan sebelum kami bubar ke ruangan masing-masing.

Bagiku cerita pagi ini bersama mereka membuat semangat untuk memulai hari dan melanjutkan aktivitas dalam bekerja. Hati yang ceria, hadirkan damai dan sukacita. Mereka para sahabat yang luar biasa.
Tawaku ada karena mereka.

Sintang, 26 Juli 2012
SCA-AJ.020187
Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125