By.
Angela Januarti
#KASIH DUNIA MAYA YANG NYATA#
Minggu siang tanggal 2 oktober 2011 ketika sedang menunggu
teman-teman untuk pergi liburan, aku mendapatkan kesempatan berbincang bersama
seorang teman di facebook. Ia seorang penulis, itu yang kuketahui dari kak Maya
Woda yang mengenalnya. Kak Maya menyarankan aku berbincang dengan Anindra Yudya
Pradana tentang menulis dan ternyata menjadi awal perbincangan yang berkesan. Bang
Anindra memberikan aku banyak pesan, dan aku masih ingat beberapa pesannya
kepadaku saat itu “Bersyukurlah, itu penting!. Yang penting harus siap menerima kritik dan saran dari orang
lain. Ketika novel terbit, akan banyak kritikan-kritikan masuk. Itulah yang kualami.”
Melihat
aku sangat bersemangat menceritakan harapanku ingin menerbitkan tulisan tentang
kebudayaan, ia berkata “Aku tambahkan kamu ke grup/komunitas penulis se
Indonesia namanya cendol, kamu bisa sharing disana. Tapi syaratnya jangan
menyingkat tulisan ya? itu aturan yang berlaku disana. So, dijamin kamu nggak
bakalan rugi deh ikutan grup itu, namanya diskusi menulis fiksi.” Dengan
semangat aku menjawab “Makasih abang, aku lagi lihat-lihat grup nya, senangnya
aku hari ini Tuhan buka jalanNya.”
Aku
gembira karna perbincangan singkat itu membuat aku mengenal kelas cendol, namun
karena belum terbiasa aku hanya melihat-lihat tanpa berani menyapa satupun
anggota cendol dan bercerita bersama dalam setiap kelas. Semua berlangsung
selama tiga belas hari hingga 15 oktober
2011 permintaan pertemananku di terima oleh salah satu anggota cendol yang
belum ku kenal bernama ibu Titie Surya. Aku ingat saat berbincang aku memanggil
dengan sapaan ibu hingga beliau memintaku memanggil dengan sapaan Bunda seperti
para cendolers yang lainnya. Dengan polos aku bercerita niat menerbitkan
tulisanku seperti yang ku ceritakan pada bang Anindra dan aku mendapat respon
positif dari beliau. Tentunya semua itu membuatku sangat gembira, terlebih
karena Bunda Titie juga, aku akhirnya mulai berani menyapa di kelas dan
ditanggapi oleh teman-teman termasuk kepala sekolah Mayoko Aiko dan suker
Donatus A. Nugroho. Aku ingat berkomentar pada Class In English (CIE) pertamaku
yang membahas TRANSLATING MEANS WRITING lagu Set Fire To The Rain- Adele,
terpananya aku melihat Miss Wina Amora K menterjemahkan lirik lagu dengan
sangat indah, dan kelas CIE ini membuatku menyukai lagu Adele.
Setiap kesan
manis yang kudapatkan membuat aku mulai betah untuk tinggal di kelas dan
bercerita bersama mereka. Kehebohan mulai terjadi, rasa gembira yang kudapatkan
membuatku tak bisa diam. Akupun mulai bercerita pengalamanku pada teman-teman
kantor, aku ingat sekali aku dengan semangat mengebu-gebu bercerita kepada
kepala departemen tempatku bekerja tentang grup cendol, dan beliau berkata
padaku “Belajar terus ya!!”, semuanya tidak berhenti disana karena General
Manager kamipun akhirnya penasaran dengan Grup ini. Beliau dengan rendah hati
berkata padaku “Tambahkan bapak ke grup itu” dan aku menambahkannya bersama
beberapa teman yang juga menyukai menulis. Meski mereka tidak aktif dalam kelas
karena kesibukan masing-masing ,namun aku pernah mendapatkan komentar dari satu
temanku “Aku udah lihat grupnya dan perbincangan di sana sangat santai namun
berbobot” dan akupun tersenyum mendengarnya sambil mengingat kalimat ini CENDOL adalah CErita meNulis
dan Diskusi OnLine.
Sebuah media untuk berbagi dan belajar kepenulisan, sastra dan literasi. Meski kita wajib stress dan seringkali rusuh, tapi kita tetap terarah. Karena kita KEREN!! Dan yang lebih penting lagi, kita bisa mendapatkan banyak ilmu dari sini tanpa biaya dan berujung pada membagikan karya kita untuk dunia!***
Sebuah media untuk berbagi dan belajar kepenulisan, sastra dan literasi. Meski kita wajib stress dan seringkali rusuh, tapi kita tetap terarah. Karena kita KEREN!! Dan yang lebih penting lagi, kita bisa mendapatkan banyak ilmu dari sini tanpa biaya dan berujung pada membagikan karya kita untuk dunia!***
Tiga
hari setelah aku mulai berani masuk kelas, Bunda Titie memperkenalkanku kepada
Bunda Astuti J Syahban yang ahli dalam bidang menulis Memoar, kebutulan aku
juga sangat sering menulis memoar dari setiap pengalaman yang kudapatkan. Dari perkenalan
singkat kami berbagi banyak cerita hingga aku semakin semangat menulis, Bunda
membaca beberapa tulisanku dan aku ingat komentar pertama Bunda Astuti “Bagus tulisanmu, Angel. Masih
penasaran dengan warna tulisanmu lainnya.” Semua yang kami bicarakan membuatku
terus termotivasi untuk menulis.
Semenjak
mengenal kelas cendol ini, aku belajar banyak hal dari mereka semua, bukan
hanya di dunia menulis namun dengan kelas-kelas yang hadir seperti PANADOL JUM'AT CENDOL, OCK (Operasi Cendol Kecil) Cerpen,
OCK Puisi, FISKOM CERPENDOL, FISKOM PUPUCEN, FISKOM PANCEN OYE, OCB (Operasi
Cendol Besar), CEMOFREAKS, CENDOL IN ENGLISH, KLINIK CENDOL, KRC dan MTTAC, aku
banyak belajar hal lain yang tidak kuketahui sebelumnya. Yang paling berkesan
adalah materi yang disajikan dalam Jum’at Cendol, Sirkus Penulis dan Nyendol
Kesiangan, aku merasa setiap kali ketiga hal ini muncul, kepala sekolah dan
para suker seperti sangat mengerti kebutuhan para cendolers untuk terus
memotivasi menulis.
Ini mungkin
hanya sebagian hal kecil yang baru dapat kulihat, namun dalam perjalanan
mengikuti kelas tepat 58 hari, aku melihat banyak Kasih yang tercipta dan tanpa
sadar aku mulai merasakan satu demi satu Kasih yang mereka hadirkan menjadi
pengalaman berkesan untukku.
Satu pagi tanggal 4
Nov 2011, aku dan bunda Astuti kembali bercerita, kali ini aku mendapatkan satu
kejutan manis karena bunda mengatakan ia menjadi volunteer di RS Sardjito untuk
pendampingan pasien anak yang berpenyakit kelainan darah. Bunda bercerita suka
duka menemani pasien, mulai dari tawa yang bisa mereka hadirkan 2x60 menit
untuk membuat pasien lupa akan sakit dan obat-obatan, sampai duka ketika mereka
kembali berkunjung dan mendapati kabar pasien yang mereka pernah temani
meninggal. Kata Bunda “Pada hakikatnya adalah ketika kita berniat memberi
kebahagiaan kepada orang lain, dan ketika kita bermanfaat bagi orang lain,
disitulah sebenarnya letak kebahagiaan kita yang sebenarnya.” Dan seperti itu
juga menulis ketika tulisan kita bisa memberikan satu motivasi dan bisa berguna untuk orang
lain, dan orang menjadi lebih peduli dengan sekitar dan mensyukuri hidup, maka
itulah letak kebahagiaan sebagai seorang penulis.***
Satu kali
aku kebingungan menulis cerita yang mengangkat kearifan lokal tempatku berada,
aku bingung apakah nama tempat dalam cerita yang ku ambil dari pengalaman bisa
kuubah dalam fiksi yang kutulis, dengan pertanyaan di kepala aku memposting
pertanyaan di dinding grup, sontak hanya hitungan detik pertanyaanku sudah
direspon oleh cendolers dan suker Donatus. Aku juga merasa terbantu ketika
seorang sahabat cendolers memperkenalkanku pada Kak Dela Bunga Venus yang
menulis cerpen tentang masyarakat Baduy, dari buku yang ku dapatkan
memberikanku gambaran tentang tulisan yang mengangkat kearifan lokal. Hal yang
berkesan lainnya adalah ketika aku membaca halaman belakang buku Gilalova #4
Kado Untuk Ratu yang royaltinya disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia
seluas 1800 meter persegi, hatikupun bergetar, kagum… yang kurasakan saat itu.
Kemudian
aku kembali merasa terbantu ketika satu sahabatku meminta aku menuliskan drama
untuk malam Natal, aku tidak memiliki pengalaman sedikitpun menulis drama dan
aku kembali meminta saran di grup hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan satu drama
dan temanku menyukainya. Ini sebagian pengalaman pribadiku yang menggembirakan,
namun ada juga yang menguras air mata namun tetap berkesan. Satu malam ketika
aku sudah menyelesaikan editan tulisanku, aku meminta father Donatus untuk
membaca dan memberi saran, dalam hitungan menit satu komentar muncul dan terus
ku ingat sampai sekarang “Lompatan terlalu cepat.
Kurang detail. Mungkin karena kurang pengetahuan, misalnya hal yang sederhana: menanam padi. Terlihat kamu gak menguasai hal itu. Nah, jadi seperti kataku selama ini .... menulis itu harus jujur. Jujur, apa yang kita pahami saja.” Sontak kata-kata ini membuatku menangis, menangis karena aku merasa tulisanku hambar, bahkan untuk hal-hal sederhana akupun kurang paham. Namun hal ini menjadi pelajaran sangat berarti bagiku, hingga aku terus belajar menulis yang baik dan tentunya lebih JUJUR.***
Cerita lain tentang
kasih yang mereka hadirkan adalah saat satu teman cendolers yang sudah kuanggap
sebagai adikku sakit, ia berkata padaku ia sedang flu dan sesak napas. Ia
sedang kuliah dan jauh dari orangtuanya, hal ini cukup mengkhawatirkan bagiku
meski ia sudah cukup dewasa menjaga dirinya sendiri. Malam hari aku kembali
menanyakan kabarnya dan dia memberi tahu sedang di terapi oleh Bunda Titie yang
adalah praktisi kesehatan ditemani father Donatus di sampingnya. Saat itu
hatiku lega karena ia dijaga oleh orang-orang penuh kasih. Akupun pernah
mengalami hal yang sama, ketika kelas klinik cendol bunda Titie memberikanku
saran atas kram yang kualami, meski jarak kami jauh namun aku dapat merasakan
perhatian yang mereka hadirkan untukku dan semua cendolers.
Satu hal lain yang
mungkin sangat mengharukan bagi banyak cendolers yang mengenal seorang Dinar
Atfa Cholifah (28 mei 1994 - 19 Juni 2011), seorang cendolers yang meninggal di
usia mudanya. Meski aku tidak sempat mengenal Dinar, namun aku dapat merasakan
betapa besar cinta mereka terhadapnya. Aku membaca satu tulisan yang kepsek
Mayoko posting di grup tentang Dinar, satu kalimat yang terus terniang Hal yang paling membahagiakan dan membuat
menangis di grup ini adalah mengenal seorang DINAR!!. Dengan kasih yang
mereka miliki, mereka (para cendolers) menerbitkan buku persembahan untuk alm
Dinar bernama Senyum Bidadari Kecil (SBK) dan royalti buku itupun diberikan
kepada keluarga Dinar.
Bukan hanya buku SBK,
namun tanggal 27 November 2011 kemarin, mereka kembali menerbitkan 10 buku
karya cendolers yang mereka bimbing, satu bukti Kasih yang tak pernah
putus-putusnya mereka berikan, bahkan seorang father Donatus sampai sakit
karena kelelahan melakukan penyuting buku-buku. Namun mereka semua tidak pernah
mengeluh dan melakukannya dengan penuh suka cita. Mengutip kalimat dari kepsek
Mayoko Aiko “Kita
pantas Bangga karena meluncurkan 10 buku yang sangat keren. Buku-buku hasil
"siksaan" Dewan Suker, dan juga "keringat dingin"
cendolers. Sebagai Kepala Sekolah saya hanya pendorong. Dewan Suker dari
berbagai kalangan bekerja dengan semangat pengabdian dengan argo NOL Rupiah.
Semua akan sia-sia bila cendolers tidak memiliki semangat. Kepsek hanyalah
debu, Dewan Suker seperti kerikil dan kalian cendolers semua adalah batu-batu
gunung dan karang. Bila kalian lemah dan malas, kami yang akan pergi tertiup angin.
Karya kalian membuat kalian terlihat kokoh dan berkharisma. Bangga rasanya
berada di tengah-tengah kalian.”
Mereka adalah pribadi
yang luar biasa, Kasih yang mereka hadirkan membuat para cendolers tak pernah
berhenti belajar untuk menghasilkan karya untuk dunia. Mereka membuktikan KASIH dalam dunia maya yang terasa begitu
Nyata. Melalui tulisan ini juga, aku ingin mengungkapkan rasa banggaku terhadap
ketulusan mereka. Menulis, bukan hanya menulis apa yang ingin kita tulis, namun
dengan menulis kita dapat menghadirkan banyak Kasih bagi orang lain yang
menikmati karya kita. Mereka guru tanpa tanda jasa, tanpa tanda tanya dan tanpa
tanda seru. Mereka siap membantu, membimbing dan mengasihi siapapun yang dengan
kerendahan hati ingin belajar menulis.
Bukti KASIH yang tak
pernah padam di dunia Maya yang Nyata….
I LOVE CENDOL….
"SATU UNTUK
SEMUA, BUKAN SEMUA UNTUK SATU".
Pertipis jarak, hilangkan sekat hebat dan tidak hebat, dahulukan kepentingan bersama dalam azas tolong-menolong dan gotong-royong yang cair-santun-saling menguntungkan. Karena kita adalah sebuah KELUARGA BESAR yang... KEREN !
Pertipis jarak, hilangkan sekat hebat dan tidak hebat, dahulukan kepentingan bersama dalam azas tolong-menolong dan gotong-royong yang cair-santun-saling menguntungkan. Karena kita adalah sebuah KELUARGA BESAR yang... KEREN !
SCA-AJ.020187