8 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


Cerita Cinta
Oleh. Angela Januarti

Membaca cerita Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari sangat menyegarkan. Aku menyukai kalimat-kalimat yang diutarakan para lakon dalam cerita tersebut. "Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-coba? Semua yang di dunia ini juga dilewati pakai proses itu." Aku merasa seperti seorang Che, begitu panggilan Starla padanya. Takut menyukai seseorang, takut jatuh cinta, takut coba-coba. Ada banyak ketakutan di dalam diriku. Aku bingung apa yang aku cari, seperti apa orang yang aku cari? Ah, kenapa aku jadi terbawa suasana seperti ini? Aku teringat perkataan seseorang bahwa ketakutanku itu harus dihadapi. Aku sangat ingat kalimatnya. Sejak itu aku mencoba untuk berani. Meski terkadang aku masih takut untuk lepas kendali. 
Cerita cinta selalu menghadirkan banyak warna. Aku menyukainya. Hidup terasa istimewa. Aku senang bila ada seseorang yang mendampingiku, memberitahuku saat aku salah, menyemangatiku saat aku merasa putus asa. Dan tentunya aku ingin melakukan hal yang sama kepadanya. Aku teringat seseorang, melihat fotonya saja hatiku bisa bergetar. Kali ini aku tidak mengukurnya dengan degupan jantung. Aku ingin membiarkan perasaan ini mengalir seperti apa adanya. Aku juga ingin mengatakan padanya seperti perkataan Starla "Aku ingin jadi layang-layang. Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di bumi. Jangan lepaskan aku ...." Aku tak ingin ia melepaskanku karena aku ingin hidup bersamanya.
Namun seberapa indah pun kalimat Starla pada Che, aku ingin mengatakan satu hal yang paling sederhana untuk kekasihku "Aku menyayangimu."

*Satu sore; saat mati lampu dan kepalaku pusing karena kurang istirahat.

-AJ.020187-

7 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


Seperti Apa Rasanya?
Oleh. Angela Januarti

Apakah kalian pernah jatuh cinta lagi dengan mantan kalian? Orang-orang menyebutnya Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK). Seperti apa rasanya? Aku sering mendengar bahwa kalau kita dekat dengan seseorang yang kita cintai, jantung kita akan berdetak kencang. Cukup sering aku dan dia melewati waktu bersama. Ketika kami duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat. Aku sering mencoba merasakan degupan jantungku. Semua normal-normal saja. Apa itu pertanda, aku tidak mencintainya? Apa cinta itu hanya bisa diukur dengan degupan jantung?
Aku selalu merasa nyaman di dekatnya. Kami bisa bercerita apa saja, baik mengenai pekerjaan, keluarga, impian dan masa depan. Pernah juga ia bercerita tentang kekasihnya. Ketika dia kecelakaan, temanku memberitahu via bbm. Perasaan khawatir tiba-tiba merasuki seluruh jiwaku. Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku rasa jantungku berdetak kencang karena khawatir akan keselamatannya.
Kami masih menjalin persahabatan hingga saat ini. Aku berpikir semua ini tentu karena kami memulai dan mengakhiri hubungan dengan baik-baik. Kami masih saling mendukung, mendengarkan saat yang satu bercerita, memberi saran saat yang lainnya membutuhkan. Seperti apa rasanya jatuh cinta lagi kepada orang yang sama?

*di sore hari seraya menunggu hujan reda

-AJ.020187-

5 Agustus 2014

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL


#Perkenalan#

Oleh. Angela Januarti

Hari ini aku berkenalan dengan dua orang wartawan. Atau lebih tepatnya diperkenalkan oleh seorang teman (yang juga wartawan). Hal ini berawal ketika aku mengirimkan bbm menanyakan alamat emailnya. Email lamaku di hack orang dan celakanya aku lupa pertanyaan rahasia yang bisa menyelamatkan emailku. Maka, aku kehilangan semuanya, termasuk alamat email temanku ini. Aku bilang padanya ingin mengirimkan cerpen. Karena kebetulan aku ada menulis beberapa cerpen dan mengambil satu tema tentang menjadi seorang ibu. Niatnya, kalau terbit akan kujadikan hadiah ulang tahun untuk ibuku. 
Perbicangan kami berlanjut saat aku bertanya padanya; apakah dia punya teman wartawan dari koran nasional. Secepat kilat aku membaca balasan bbm-nya dengan bunyi 'Ada donk.' Lantas dia menyebutkan nama dua koran nasional dan satu media online. Tidak menunggu lama, aku minta dikenalkan. Share pin bb (kalau ada), tapi aku memintanya untuk izin ke mereka terlebih dulu. Tidak elok rasanya kita memberikan pin seseorang tanpa izin yang bersangkutan. Tidak lama, dia bbm lagi katanya 'Abang kasi pin kamu ke kawan, bolehkan?' dan segera jugalah aku mendapat broadcast massage-nya dengan bunyi 'Kenalin nich, penulis fiksi handal dari Sekadau (temanku) Angela Januarti Kwee.' Membaca broadcast massage-nya membuatku menempelkan wajah ke meja kerjaku. Aduh! Langsung aku bbm lagi dan bilang 'Abang, lebayyyy a. Kenalinnya biasa ajalah', dia mengirimkan lambang senyum lebar dengan kalimat 'Udah izin.'
Selang beberapa menit, aku mendapat permintaan pertemanan. Dan ternyata dari salah satu teman wartawan yang disebutnya. Aku berdecak kagum "Manjur juga promosinya."
Aku dan wartawan itu berbincang singkat. Aku bertanya gimana caranya mengirim cerpen atau tulisan. Dia balik bertanya 'Ada blog?' Dengan polos aku menjelaskan blogku sudah lama tidak di update. Dia berkomentar 'Lebih baik aktif di blog', dan aku bertanya balik, 'Kenapa menurut abang lebih baik aktif di blog?' Mengingat aku men-share-kan tulisanku dengan cara berbeda. 'Setidaknya itu melatih diri untuk semangat menulis. Karena itu karya milik kita. Dan beretika tentunya.' Aku terpukau dengan kalimat yang diutarakannya via bbm. 'Semua karya tentunya harus beretika dong bang', begitu aku menjawab bbm-nya.
Malam harinya, aku juga berbincang dengan seorang wartawan lain (masih termasuk temannya temanku). Dalam perbincangan kami, dia juga menanyakan apakah aku punya blog. 'Punya blog itu penting sekali' begitu katanya. 'Menurut abang kenapa penting?' aku balik bertanya. 'Karena itu karya di luar rutinitas kita. Karena aku menulis diluar kegiatanku' timpalnya. Mengingat tema yang dia tulis lebih banyak mengenai perbankan, agribisnis dan niaga jasa. Aku mengirimkan tanda tertawa dan berkomentar 'Iya, kalau keseharian abangkan nulisnya yang berat-berat temanya. Tapi kalau aku nulis kebanyakan tentang rutinitas.'
Perbincangan kami yang singkat memberikan perenungan untukku. Aku selalu senang merenungi apa saja yang kualami. Jadi teringat sebuah kutipan dari Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, bahwa “Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.” Karena perkataan mereka aku kembali membuka blogku, mendapati sudah hampir setahun tidak di update. Tiba-tiba saja aku merasakan kerinduan yang mendalam. Rindu bercampur pertanyaan, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan blog ini terlantar sendirian, tanpa penghuni yang sedang asik melalang buana dan hampir lupa pulang? Dan hari ini penghuninya kembali, ia mulai membagikan cerita lagi.

-AJ.020187-


Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125