By. Angela Januarti
#Perkawinan Secara
Katolik#
Sore ini aku
kembali mendapatkan kesempatan melarikan diri dari hiruk pikuk yang
membisingkan. Aku melaju dengan kendaranku menuju satu tempat di sudut kota,
tempat yang selalu menyenangkan untuk kukunjungi. Sebuah Biara yang menawarkan
keindahan suasana alam dan keheningan. Tujuan utamaku mememui seorang pastor
yang akan memberikan saran untuk tulisanku, aku sangat bersemangat karna ingin
berbincang banyak hal.
Perbincangan
tidak berlangsung lama, karena Pastor harus bersiap-siap untuk Misa sore. Kali
inipun aku mendapat kesempatan untuk kembali berkumpul bersama mereka di ruang
Doa.
Setelah Misa
selesai, aku berminat untuk melanjutkan perbincangan kami dan Pastor pun menyarankanku
untuk ikut makan malam. Perbincangan ternyata berubah topik, aku lebih tertarik
bersenda gurau sambil menikmati santapan makan malam.
“Selamat malam”
sapa seorang Pastor dari Paroki Lanjing, Ia baru pulang memberikan kursus
persiapan perkawinan. Ia menceritakan banyak hal tentang pengalamannya dan
sesaat topik itu menarik perhatianku. Aku seorang mudi Katolik belum mengerti
tentang hal ini secara mendalam dan mungkin juga banyak muda-mudi mengalaminya.
Secara umum
kursus persiapan perkawinan mengajarkan tentang dasar-dasar perkawinan dalam
Gereja Katolik, tentang Sakramen Perkawinan, pengelolaan keuangan keluarga,
pendidikan seksualitas dan perawatan kehamilan, pendidikan nilai dan komunikasi
keluarga. Hal ini diharapkan agar pasangan punya pengalaman yang luas dalam membangun
keluarga kecil. Keluarga yang akan menjadi Garam dan memancarkan Terang untuk
setiap keluarga lain di tempat ia berada.
“Pastor,
pemberkatan pernikahan bisa dilakukan diluar Gereja tidak?” ku haturkan
pertanyaan karena aku berencana untuk mangadakan Garden Party untuk
pernikahanku kelak.
“Tergantung pesetujuan Pastor
Paroki Angel, asalkan tempat itu layak untuk mengadakan satu Pemberkatan Perkawinan
yang Suci”.
“Angel kapan mau menikah?” tanya
seorang Bruder yang juga berbincang bersama kami.
Aku hanya tersenyum dan dengan
sedikit bercanda menjawab “mungkin tahun 2015 dan apakah semua Pastor, Bruder
dan Frater masih akan bertugas di sini?”
“Tidak Tahu”, jawab mereka serentak
dan kamipun tertawa bersama.***
Perbincangan terus berlanjut dengan
mengasyikkan, aku mendengar secara seksama semua yang mereka jelaskan, sesekali
kami bercanda dan tawa pecah di tengah suasana malam dengan rintik hujan
perlahan. Kali ini kami melajutkan perbincangan tentang Rehap Perkawinan yang
sering dilakukan oleh pasangan yang menikah secara Adat dan resmi sebagai
suami-istri, namun belum melakukan Pemberkatan Perkawinan.
“Pastor, apa pasangan yang belum
menikah secara Gereja tapi sudah resmi secara Adat boleh menerima Sakramen
dalam Ekaristi?”
“Semua pasangan yang belum
Pemberkatan Perkawinan belum boleh melakukan persetubuhan Angela, dan tentunya
mereka tidak boleh menyambut Sakramen dalam setiap Ekaristi. Makanya,
menikahlah dulu secara Gereja.”
Pada akhirnya aku belajar banyak
hal, semuanya butuh proses pembelajaran dan aku belajar satu tahap demi tahap.
Sama halnya ketika aku berkomitmen menjalin satu hubungan dalam istilah
Pacaran, aku belajar untuk memahami pasanganku.
Kini aku mendapatkan pengalaman
berharga bersama mereka dalam satu senja yang singkat, untuk bekalku menuju
satu Perkawinan Suci secara Katolik.
Aku
menunggu semua Indah Pada Waktu Nya.
Sintang, 03 November 2011
SCA-AJ.020187
Tidak ada komentar:
Posting Komentar