Oleh. Angela Januarti
*Terbit di Koran Kapuas Post – Minggu, 10 Februari 2013
Masak apa hari ini, neng? Elvina tertawa membaca sms yang masuk di handphone-nya.
Sms itu dikirim Austin sahabat barunya. Hari ini mereka janjian untuk
masak bersama. Austin sangat senang memasak. Dia mengundang Elvina untuk
makan malam bersamanya.
Perkenalan Austin dan Elvina tergolong unik. Saat Elvina tengah asyik
berkumpul bersama teman-temannya seraya berfoto, Austin muncul dan
membantu mendokumentasikan setiap momen. Austin sangat cekatan, sesekali
ia memberikan koreografi agar menghasilkan gambar yang bagus. Elvina
kagum melihat Austin dan persahabatan mereka berlanjut hingga saat ini.
Semakin lama, Elvina menyadari banyak hal menarik dalam diri Austin.
Mereka senang berbincang untuk bertukar pengalaman. Hingga sore itu,
Austin mengajak Elvina berjalan-jalan ke pasar tradisional. Mereka
membeli beberapa bahan makanan dan untuk pertama kalinya Elvina melihat
Austin memasak dan mencicipi masakannya.
*
Elvina mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Raut wajahnya
gembira memikirkan momen yang akan dilaluinya bersama Austin. Ia
memasuki kawasan perumahan Surya Kencana. Austin tinggal bersama kakak
pertamanya. Ia memencet bel, dari balik pintu muncul Austin dengan
senyuman khasnya. Ia mengenakan baju kaos merah marun dan celana jeans
selutut.
“Sudah selesai masak?” Elvina memastikan.
“Belum. Bahannya sudah dibeli, tapi aku nunggu kamu masaknya.”
“Aku yang masak?” Elvina tampak terkejut.
“Yes. Aku mau menyicipi masakanmu. Bukannya kamu bilang suka masak?”
“Tapi … tidak sekarang ya?” Elvina memasang wajah memelas.
“Aku akan membantumu.” Austin mendorong pundak Elvina perlahan sambil mereka menuju dapur.
“Wow … banyak sekali sayur dan lauknya?”
“Tadi aku sempat bingung kamu mau masak apa. Makannya aku memilih beberapa menu agar bisa kamu masak.”
“Austin ….” Elvina memandangi Austin dengan kesal. Austin hanya
tersenyum. “kamu ini, suka sekali mengerjai aku …. Baiklah. Mari kita
masak!”
Austin membantu menyiapkan bahan-bahan dan membersihkannya. Kali ini
Elvina memasak cumi tumis saus manis, tumis pakis dan sup lobak manis.
Elvina memilih menu yang sederhana dan mudah dimasak. Ia memulai dengan
menumis bawang bombai hingga harum, memasukkan irisan cumi dan
membiarkannya hingga hampir matang. Saus dimasukan untuk memberikan
warna merah segar dipadu dengan irisan tomat dan daun bawang. Selain
aroma yang nikmat, perpaduan warna yang ditampilkan juga memikat untuk
disantap. Untuk pakis, Elvina hanya menambah ikan teri dan irisan cabe
merah segar. Lobak manis direbus dengan sedikit daging ayam untuk
menambah aroma kuah sup yang kuat.
“Sudah selesai!” ujar Elvina dengan wajah sumringah.
“Makanan penutup?”
“Ada kok, tenang saja. Aku tadi membuat agar-agar coklat. Sudah dimasukan ke kulkas.”
“You’re awesome!”
“Thanks.”
Mereka bersantap dengan penuh kegembiraan. Hari ini kakak Austin sedang tidak berada di rumah. Mereka seperti sedang menikmati candle light dinner yang romantis.
“Gimana pekerjaan kamu hari ini, Neng?”
“Seharian kami rapat untuk persiapan kegiatan di kantor. Besok mulai
gladi resik dan aku ditunjuk untuk membawakan acara bersama seorang
teman.”
“Kamu jadi MC?”
“Iya, sudah lama sekali tidak tampil di depan orang banyak. Aku merasa grogi.”
“Coba saja. Kesempatan tidak selalu datang dua kali. Aku percaya kamu bisa!”
“Makasih, Aust. Aku jadi semakin percaya diri.”
“Percaya diri adalah modal awal kamu untuk maju.” Elvina tersenyum.
Untuk pertama kalinya ia mendapatkan dukungan semangat dari Austin
seperti ini.
“Aku berharap kamu bisa datang melihatku tampil.”
“Orang luar bisa ikut?”
“Tentu saja. Ini kegiatan terbuka untuk para customer kami. Aku mengundangmu secara khusus.”
“Aku pasti datang. Aku akan memotretmu, berdandanlah yang cantik.”
*
Pagi ini cuaca sangat cerah. Elvina bangun lebih awal untuk
mempersiapkan diri. Pukul 8 Austin akan menjemputnya. Sesekali Elvina
menghena napas panjang di depan cermin. Rasa grogi menghilang saat ia
mengingat pesan yang Austin berikan padanya. “Kamu pasti bisa, Vina!”
ujarnya menyemangati diri sendiri.
“Ting … tong ….” bel rumah berbunyi. Segera Elvina mengambil semua perlengkapan dan menuju ke pintu depan.”
“Pagi …,” Elvina menyapa Austin dengan ceria.
“Wow … kamu cantik sekali.”
“Austin … jangan membuatku salah tingkah.”
“Aku serius. Warna merah bajumu memberikan kesan kamu gadis pemberani.”
“Sudah ah … ayo jalan. Kita sudah hampir terlambat.”
Hanya perlu waktu dua puluh menit untuk bisa sampai ke kantor Elvina. Suasana kantor sudah dipenuhi para pengunjung.
“Aku bersiap dulu ya.”
“Semangat, Neng!”
Acara dimulai pukul sembilan pagi. Ada lebih dari 500 customer datang
dalam acara ini. Meski sempat terlihat grogi diawal penampilan, Elvina
bisa tampil memukau bersama pasangan MC-nya. Waktu berlalu cepat hingga
pukul empat sore. Mereka menutup acara dengan undian berhadiah bagi para
customer. Usai beres-beres, panita mengadakan evaluasi singkat. Raut
wajah mereka sumringah karena acara berjalan sukses.
“Pak, saya boleh izin pulang lebih dulu?” pinta Elvina.
“Kamu tidak ikut acara makan bersama?”
“Tidak usah, Pak. Sudah ada yang menjemput.”
“Baiklah. Terima kasih untuk bantuannya hari ini. Kamu luar biasa!”
“Sama-sama, Pak. Saya pamit.”
Elvina bergegas ke pintu keluar kantor. Ia merasa tidak nyaman membiarkan Austin menunggu terlalu lama.
“Fantastic! Aku kagum melihat kamu, Neng.”
“Thanks, Aust. Sepertinya harus ada yang mentraktirku malam ini.”
“Mau makan apa?”
“Kamu masak, ya?”
“Tidak. Kali ini kita makan malam di luar saja.”
“Kamu serius? Tumben sekali.”
“Kita harus merayakan semua ini.”
“Okey, aku tidak akan menolak. Btw, aku punya sesuatu untukmu Austin.”
“Apa?”
“Baca saja sendiri.” Elvina bergegas meninggalkan Austin dengan
secarik kertas kecil. Tadi malam ia membuat satu puisi singkat untuk
Austin.
Kita bercanda
Kadang tidak lucu
Tak ada rasa aneh
Kita tetap tertawa
-Austin … terima kasih untuk semuanya-
Austin tersenyum dan berlari menyusul Elvina menuju parkiran.
*
(Cerpen ini aku persembahkan untuk seseorang yang kusayang – Biru)
Setiap kepingan kehidupan memiliki keajaibannya sendiri. Keajaiban itulah yang ingin kubagikan dengan menulis.
28 Mei 2013
Austin
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Angela Januarti
- Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar