29 Agustus 2013

Surat Ketujuh dari Desa

Oleh. Angela Januarti

Dear. David…
Terima kasih untuk kunjunganmu. Bisa bertemu denganmu rasanya membahagiakan sekali.
Beberapa minggu setelah berpetualangan denganmu, aku kembali melakukan petualangan yang lain. Anggaplah hari-hariku sibuk dengan petualangan seperti yang kamu utarakan. Hahaha … ini menjadi hobi yang menyenangkan. Aku bisa berkunjung ke tempat-tempat baru dan mendapatkan pengalaman baru pula.
Petualangan kali ini aku lakukan bersama sepupu-sepupuku. Seorang diantaranya melangsungkan pertunangan. Dia sempat mengirimkan sms agar aku bisa hadir. Kamu tahu David bagaimana caranya membujukku?
“Ce, aku akan tunangan. Cece datang ya, siapa tahu mau menular biar Cece cepat dapat pasangan dan menikah,” tuturnya lewat sms. Bujukan ini mempan, aku mengambil cuti dua hari untuk ikut acaranya. Jangan berpikir ini alasan utama aku hadir ya, David. Aku membayangkan kamu pasti tersenyum membaca surat ini.
Aku berpikir momen ini tepat untuk bisa berkumpul bersama mereka. Maklumlah, kami sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada pula yang sudah berkeluarga. Ia tentu lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.
Jarak yang kutempuh kurang lebih 200 km dari kampung halamanku. Aku menggunakan motor dan mengendarainya sendiri. Tiga jam pertama, jalan rusak dan penuh debu. Dua jam berikutnya jalan lebih bagus karena memasuki jalur utama menuju perbatasan Malaysia.
Rombongan kami ada sekitar 18 orang; hanya tiga orangtua, lainnya kaum muda. Ketika para sepupu berkumpul, hanya aku sendiri yang perempuan. “Ini para jomblo semua,” canda paman saat kami tengah menikmati waktu bersama.
surat-ketujuh (1)
Sebelum acara pertunangan dimulai, kami mandi sore di sungai Sekayam. Sungai ini dangkal dan tidak terlalu luas – air sungai terlihat jernih. Ada bebatuan dan pasir halus yang membuatnya serasa di tepi pantai. Kalau dipikir-pikir airnya pasti dingin, tapi ternyata hangat. Kami bisa mandi sepuasnya seraya sesekali berenang kecil. David pasti suka suasana ini.
surat-ketujuh (2)
Usai mandi kami berkumpul di depan rumah – berbincang sambil menunggu tamu-tamu yang akan hadir. Acara pertunangan dimulai sekitar pukul 21.00 wiba. Meski sedikit terlambat dari jadwal, acara berlangsung lancar dalam kesederhanaannya. Ini pengalaman pertamaku. Meski adatnya berbeda-beda, paling tidak aku mendapatkan gambarannya. Ternyata tidak hanya pernikahan saja yang membuat gelisah dan gugup, tahap pertunangan pun demikian. Tunangan adikku bercerita dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan acara pertunangannya. Syukurlah semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berdua saat memasangkan cincin dan pamer cincin tunangan.
Aku memikirkanmu, David ….
surat-ketujuh (3)
Malam kian larut, kami masuk acara bebas. Semua tamu yang hadir bersukacita dengan menyatap makanan dan minuman yang disediakan, seraya diiringi lantunan jenis musik yang beragam.
Menjelang tengah malam, adik sepupuku mengajak kami semua untuk berjoget di depan rumah. Kami bersukacita hingga dini hari.
Keesokan harinya, rombongan terbagi menjadi dua. Rombongan bibiku masih menginap satu malam dan hendak jalan-jalan ke Entikong. Sebuah kecamatan sebelum memasuki perbatasan antara Indonesia – Malaysia. Rombongan kami bersiap untuk pulang ke tempat masing-masing. Meski hanya dua hari satu malam, tiap kebersamaan memberikan pengalaman berharga. Seluruh kebahagiaan ini  tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.
surat-ketujuh (4)
Kita sama-sama mendoakan mereka ya, David. Semoga pertunangan ini segera berlanjut ke pernikahan. Doa yang terakhir adalah agar perkataan dalam bujukan adik sepupuku terwujud dalam nyata ^_^
Aku melampirkan beberapa foto untukmu. Semoga kamu menyukainya.

Salam sayang dan rinduku,
Mawar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125