19 Juni 2012

SENJA KEDUA PULUH DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti
#KASIH YANG MENYATUKAN#

Sore itu mereka mengirimku kabar ada di biara hingga senin pagi. Hatiku bersukacita karena sudah lama kami tidak bertemu dan berbincang. Aku berpacu dengan waktu agar tidak terlalu malam datang ke sana dan punya banyak waktu berkumpul bersama mereka. Ketika aku datang, mereka tengah bersantai di taman samping biara, sayangnya hanya berdua dan yang lain sudah beristirahat karena kecapaian. Aku mengucapkan salam; hatiku penuh kegembiraan karena kembali bertemu. “Aku benar-benar rindu kalian loh bang,” ujarku.

Kami bersantai seraya menikmati buah jeruk dan salak. Kami mulai berbincang dan aku mulai bercerita tentang kegiatanku. Mereka mendengarkannya sembari sesekali bercanda. Hanya bertiga rasanya ada yang kurang, aku mengirimkan sms kepada salah satu dari mereka lagi yang kukenal. Aku mengajaknya bergabung untuk bersantai. Tidak lama kemudian dia datang dan tersenyum padaku. Kami bersalaman dan dia memegang kepalaku, satu sentuhan kasih yang membuatku rindu sosok abangku.

Mereka bertiga menceritakan pengalaman menjalani masa pastoral di tempat tugas masing-masing. Banyak hal lucu yang terjadi dan membuat kami terus tertawa. Kami juga membicarakan tentang begitu kayanya alam dibagian hulu Kapuas. Bila musim kemarau, ada banyak ikan yang bisa dipanen untuk dikonsumsi maupun dijual. Cerita ini membuatku tidak sabar untuk bisa berkunjung dan melihatnya secara langsung.

Keesokan paginya, aku mengikuti misa minggu bersama mereka dan umat di biara; seorang tamu kami juga ikut serta. Setelah bacaan Injil dibacakan, pastor memberikan homili yang menarik bagiku. Satu kalimat dalam perenungan di Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah tentang kasih yang menyatukan. Kasih dalam tiap pribadi yang mencerminkan sosok Tritunggal Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Setelah misa, aku berharap bisa berfoto bersama mereka dengan menggunakan jubah. Foto ini akan menjadi kenangan indah sebelum mereka tahbisan imamat. Namun niatku belum sepenuhnya terwujud, karena hanya dua orang dari mereka yang masih menggunakan jubah dan berfoto bersamaku.

Kami melanjutkan sarapan bersama; kebetulan ada satu pastur yang sangat kukagumi karena beliau sangat peduli tentang kebudayaan Dayak, lingkungan dan orangutan. Aku tidak menyia-yiakan kesempatan ini dan berbincang banyak hal bersamanya. Sarapan kali ini menyenangkan, tiap perbincangan bersama mereka memberiku banyak pengetahuan baru. Aku semakin asyik saja membahas budaya, lingkungan dan orangutan hingga pastur mengajakku berkunjung ke tempat tinggalnya bernama Kobus.

Aku mendapatkan kesempatan melihat tiga ekor orangutan di tempat khusus seperti klinik hewan. Seekor orangutan dikandang yang berbeda ternyata belum terlalu sehat, ada seorang petugas khusus yang  merawatnya. Di kandang berbeda, dua ekor orangutan terlihat tengah asyik bermain. Aku lucu melihatnya, meski agak takut aku mencoba untuk bermain lewat sela kandang; apalagi seekor orangutan bernama Jojo menyodorkan tangan untuk bersalam, bahkan memberikanku setangkai tumbuhan yang ada di kandangnya.

Aku termasuk beruntung, karena tidak semua orang diperbolehkan untuk masuk ke area ini. Aku mengabadikan tiap hal untuk jadi kenangan. Pastur juga menjelaskan beberapa hal mengenai orangutan kepadaku. Sebelum keluar area, aku kembali bermain bersama Jojo, kali ini ia terlihat semakin menggemaskan. Tangannya tidak henti mencoba menarik pakaianku dan mengajak salaman.

Pastur mengajakku untuk melihat isi rumah Kobus. Saat baru memasuki rumah, aku terpana melihat semua yang ada. Mulai dari pajangan, foto-foto, furnitures hingga buku-buku yang tersusun rapi. Pastur menjelaskan tentang kain tenun ikat, furniture dari kayu di hutan yang sudah tidak terpakai, tombak, anyaman dan masih banyak hal menarik lainnya. Terakhir, aku mendapatkan satu buku tentang tenun yang hanya dicetak tiga puluh buah dan tanda tangan pastur secara langsung. Selain itu ada tiga buah buku lainnya yang diberikan padaku. Bila sejak dulu aku begitu ingin mempelajari tentang tenun lebih dalam, hari ini Tuhan menghadirkan pribadi yang membuat keinginanku terwujud.

Menjelang senja, aku kembali berkunjung ke biara. Kali ini mereka tengah berkumpul bersama di kursi taman; ada pastur dan lima diakon. Satu kesempatan lain yang kembali hadir dan membuatku bahagia. Sebelum menutup senja, mereka bermain gitar dan menyanyi lagu bersama. Aku sendiri sibuk merekam senja yang terjadi dan tidak ingin kehilangan sedikitpun waktu yang terjalan. Karena nanti, setelah mereka ditahbiskan dan bertugas di tempat yang jauh; satu rekaman senja ini akan menjadi kenangan yang manis. “Tuhan sungguh baik ya bang, akhirnya harapanku untuk kembali melewati senja bersama kalian terwujud,” ucapku pada dua diakon.

Senja kali ini, mengajarkanku betapa kasih Tuhan telah menyatukan kami yang datang dari berbagai latar belakang, budaya dan daerah yang berbeda. Karena kasihnya juga, aku mengalami banyak senja dan belajar banyak hal bersama mereka.

Sintang, 03 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125