3 Juni 2012

SEBUAH IDENTITAS

By. Angela Januarti

Seorang teman mengirimkan berkas untuk keperluan administrasi melalui bis. Aku diminta mengambilnya di pangkalan bis dengan nama amplop yang ditujukan padaku. Karena cukup sibuk aku meminta bantuan staf rumah tangga mengambilnya. Sudah di cek ternyata barangnya tidak ada, aku pikir mungkin aku yang harus langsung ke sana agar lebih jelas.

Pulang kerja aku mampir di pangkalan; menanyakan hal yang sama untuk mengambil kiriman barang. Mbak yang bertugas membongkar satu demi satu berkas, tapi juga tidak ketemu. Aku menghubungi nomor temanku juga tidak diangkat. “Ya sudahlah mbak, besok saja.” Aku pun bergegas pulang, cuaca juga seperti mau hujan.

Keesokan harinya, aku mengkonfirmasi kepada temanku. Kacaunya berkas memang belum dikirim, temannya temanku lupa membawanya. Aku diberitahu untuk mengambil keesokan harinya lagi. Bisa dibilang urusannya jadi agak ribet.
Karena sibuk, aku kembali meminta bantuan staf rumah tangga kami. Tapi ternyata mereka juga punya kesibukan lain. Alhasil tertunda lagi untuk mengambil berkas pagi ini. Menjelang sore, satu staf rumah tangga bilang bisa bantu, tapi ternyata setelah ditanya mana berkasnya; ia lupa mengambilnya.

Kali ini pangkalannya satu jalur dengan mess kami. Aku memilih mengambilnya sendiri saat pulang kerja. Aku memilih memutar jalur karena ada keperluan lain; biar dua urusan selesai sekaligus, pikirku. Aku menanyakan berkas atas namaku, awalnya suami pemilik tempat itu yang membantu mencarikannya. Aku menyebut nama dan kantorku agar lebih jelas, setahuku mereka menggunakan alamat kantor. Cukup lama bapak itu mencari dan membongkar tumpukkan berkas, namun belum juga ketemu; hingga istrinya yang mengambil alih. Kali ini aku hanya menyebut nama panggilanku dan hasilnya sama tidak ada. “Katanya dititip dengan supirnya. Bingung juga sich, kemarin di kantor yang satu juga tidak ada,” ujarku seraya hendak mengambil handphone di tas ranselku. Saat aku melepas tas, tulisan INVICTUS di baju kerja yang kukenakan terlihat. Ibu itu melihat dan berkata: “Kamu kerja di Keling Kumang ya?” Kujawab iya. “Kayaknya tadi ada berkas pakai alamat Keling Kumang, nanti saya cek dulu.” Hanya dalam hitungan detik, sebuah amplop diberikan padaku yang diambil dari laci meja ibu itu. Aku menggerutkan dahi, cepat ya.

Segeralah aku pulang dengan satu perenungan, karena sebuah identitas membuat urusanku menjadi mudah.

Sintang, 22 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125