By. Angela Januarti
Sejak
dimulainya kerjasama dengan salah satu NGO dari Australia. Beberapa
dari tim mereka datang berkunjung ke tempat kami. Mereka semua tidak
bisa berbahasa Indonesia dan ini “memaksa” kami berbelajar untuk
menciptakan komunikasi yang baik. Banyak diantara kami belum mahir dalam
berbahasa inggris dan termasuklah aku di dalamnya. Keadaan ini
memberikan motivasi tersendiri dan membuat kami belajar menciptakan
atmosfer inggris dalam percakapan sehari-hari.
Proses itu
berjalan alami, tiap kami terpacu untuk semakin giat belajar. Memang ada
beberapa teman yang siap menjadi penterjemah. Namun rasanya ada yang
kurang bila tidak langsung berbincang dengan mereka menggunakan bahasa
sendiri. Pemahamannya pasti berbeda.
Aku pribadi
mendapatkan banyak kesempatn untuk memperdalam bahasa itu. Aku senang
mencari sela untuk bisa berbincang dalam tiap pertemuan. Awalnya sedikit
canggung dan lama-kelamaan menjadi terbiasa. Seorang perempuan dari tim
mereka tinggal cukup lama untuk penelitiannya, dan beberapa belakangan
ini aku mendapatkan kesempatan mendampinginya dalam kegiatan. Karena
sama-sama perempuan, pendekatannya lebih mudah.
Pernah ia
berkata padaku: “Aku senang melihat semangatmu belajar, meski terkadang
aku tidak paham apa yang kamu katakan.” Aku hanya tersenyum dan
termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
Keinginan untuk
belajar selalu mendapatkan kesempatan-kesempatan lain. Di satu siang,
ia mengirimkan sms untuk meminta bantuan menghubungi beberapa orang dan
menanyakan beberapa hal. Aku sempat canggung karena penyampaianku tidak
boleh salah dan menyimpang. Perlahan ia menjelaskan hal-hal yang harus
ditanyakan. Sesekali ketika aku tidak paham, ia menuliskannya di kertas
dan aku menggunakan kamus untuk memahaminya.
Di kesempatan
yang lain, aku diminta untuk menemani ia berkunjung ke kampung
halamanku. Aku, ia dan dua leaders ada pertemuan dengan seorang Pastor.
Dalam hati aku berpikir: Kenapa aku diajak ya? Padahal dua leaders
ini bisa berbahasa inggris dengan baik. Apa karena akan berkunjung ke
kampung halamanku?
Pertanyaan itu membuatku
bertanya pada dua leaders dalam perjalanan menuju ke kampung halamanku.
Satu jawaban yang membuatku terenyuh: Kamu memiliki potensi dalam
dirimu. Dan saya terus mencari potensi dari tiap-tiap aktivis. Sebentar
lagi saya akan pensiun dan kalianlah yang akan meneruskan semuanya. Saya
ingin kalian belajar.
Para leader benar,
kami harus banyak belajar. Sejak kejadian itu, aku bersyukur akan tiap
kesempatan yang aku dapatkan. Aku senang belajar dari ketidaktahuan.
Ketidaktahuan itu memacuku menjadikannya sebuah pemahaman yang baik akan
tiap hal.
Aku merenung sejenak, dan melihat semua yang
telah terjadi. Kesempatan itu selalu ada, asalkan aku mau belajar dengan
rendah hati. Aku sadar saat aku berhenti belajar. Aku hanya akan berada
di tempat yang sama setiap harinya. Tempat yang mungkin nyaman karena
sikap tinggi hati, saat aku merasa sudah bisa. Padahal aku bisa berlari
kemanapun dan menemukan banyak hal baru bila bisa meninggalkan zona
nyaman itu.
Aku akan terus belajar. Dengan belajarlah aku akan menjadi pintar.
Sintang, 8 Maret 2012
SCA-AJ.020187
Setiap kepingan kehidupan memiliki keajaibannya sendiri. Keajaiban itulah yang ingin kubagikan dengan menulis.
8 Maret 2012
TERUS BELAJAR
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Angela Januarti
- Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar