16 Januari 2012

SENJA KEEMPAT DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti

#Merasakan Kasih Tuhan#

Sore ini aku kembali ingin berkunjung ke Biara, terlebih ketika Pastor berkata mereka akan bermain futsal di halaman depan Biara. Aku sangat antusias ingin menjadi supporter mereka saat bertanding. Akupun pergi setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku mengendarai motorku perlahan karena kondisi badanku belum pulih dari sakit tyhpus tiga hari lalu.

Saat memasuki area halaman Biara, aku melihat suasana begitu sepi dan tidak ada tanda-tanda mereka bertanding futsal. Saat aku sedang menunggu di parkiran biara, seorang frater menemuiku. Kamipun berbincang dan aku diberitahu mereka sudah selesai bertanding, niatku untuk menjadi supporter pun belum bisa terlaksana.
Sesaat Pastor yang ingin aku temui datang bersama dua adik angkatnya dan kami menunggu waktu misa dengan memanen buah rambutan. Aku sangat bersemangat menikmati keceriaan ini sambil berbincang. Pastor, Frater, aku, satu anak asrama dan dua adik kecil bekerjasama memanen rambutan.***

Hari ini aku Misa sore bersama mereka, ada yang berbeda karena satu Pastor yang belum aku kenal memimpin Misa dan semua yang tinggal di Biara berada di tempat dan juga mengikuti Misa. Hari ini Gereja memperingati hari St. Fransiskus Xaverius. Ia adalah salah satu misionaris terbesar serta merupakan seorang perunding dan duta terbaik yang pernah ada. St. Fransiskus Xaverius (Fransiskus dari Xavier) digelari oleh Paus Pius X sebagai pelindung misi dan karya pewartaan iman.

Setelah Misa selesai, aku menunggu untuk kembali berbincang dengan Pastor sambil duduk di ruang makan, sesaat seorang Pastor yang memimpin Misa menghampiriku dan aku mengajak berkenalan. Perbincanganpun di mulai, karena Pastornya sangat ramah dan humoris akupun dengan mudah menyesuaikan diri. Dalam sela perbincangan Pastor membahas tentang St.Fransiskus Xaverius dan tiba-tiba Pastor berkata padaku “Siapa tahu Angel juga mau masuk biara,” sesaat aku tersentak dan terdiam. Kemudian akupun meminta Pastor bercerita tentang perjalanan hidupnya sampai menjadi seorang imam.

“Saya tergolong berusia tua masuk biara Angela, dalam perjalanan hidup menjalinan kasih yang Tuhan izinkan selama 6 tahun. Tiba-tiba Tuhan mengizinkan saya merasakan Kasihnya yang lebih Nyata dalam panggilan imam. Bisa jadi nanti Angela juga merasakan Kasih Tuhan ini.”***


Seperti seorang St.Fransiskus Xaverius yang merupakan pemuda pandai dari sebuah keluarga yang kaya dan terpelajar di Spanyol namun menghabiskan banyak waktunya di Prancis. Sebagai anak seorang yang berkecukupan, tentu nilai – nilai materialistis dari keluarganya menurun juga padanya. Cita–cita Fransiskus Xaverius sejak kecil adalah mengejar kebahagiaan dunia sebagaimana yang dia alami selama masa kecilnya. Pada usia delapan belas tahun ia belajar di Universitas Paris. Ia masuk college St. Barbara dan pada tahun 1528 meraih gelar magisternya (licentiate). Di sinilah ia bertemu dengan St. Ignatius Loyola (pendiri Serikat Yesus), dan St. Fransiskus adalah satu dari tujuh orang pertama dari Serikat Yesus yang pada tahun 1534 di Montmartre mengucapkan kaul untuk melayani Tuhan. Bersama mereka, St. Fransiskus menerima tahbisan imamatnya di Venice tiga tahun kemudian.

Pada musim semi tahun 1545, St. Fransiskus berlayar ke Malaka, di Semenanjung Malaya. Ia juga mengunjungi Maluku, Ambon, Ternate, Gilolo, dan tempat-tempat lainnya. Dalam misi ini dia mengalami banyak penderitaan, tetapi ia menulis kepada St. Ignatius, “Bahaya-bahaya yang saya hadapi dan tugas-tugas yang saya terima dari Tuhan sungguh-sungguh merupakan sumber air sukacita rohani, sehingga pulau-pulau ini merupakan suatu tempat di dunia di mana orang kehilangan pandangannya karena banyaknya air mata, yaitu air mata sukacita. Saya tidak ingat kapan saya pernah merasakan sukacita batin seperti ini. Penghiburan-penghiburan ini mengambil semua penderitaan badan dan semua kesulitan dari para musuh dan teman-teman yang tidak dapat dipercaya.”

Tuhan melakukan banyak mukjizat penyembuhan melalui St. Fransiskus. Di Malaka ia membangkitkan kembali seorang gadis muda yang tidak saja sudah mati, tetapi sudah dikubur selama tiga hari. Ibu dari anak tersebut datang kepada St. Fransiskus dan dengan penuh keyakinan akan kuasa Allah ia memohon padanya untuk menghidupkan kembali anaknya. Kagum akan iman ibu tersebut yang baru saja mengimani Kristus, St. Fransiskus mendengarkan permohonannya. Ia menoleh kepada ibu ini, meyakinkannya bahwa anaknya hidup, dan menyuruhnya pergi ke kuburan untuk membuka kuburnya. Ibu itupun pergi dan melakukan apa yang diperintahkan St. Fransiskus. Dan, ia menemukan bahwa anaknya sungguh hidup!

Ketika di kapal, St. Fransiskus terserang demam pada tanggal 21 November. Esoknya ia dibawa ke pantai lagi, namun para awak kapal takut terhadap tuan mereka sehingga membiarkan St. Fransiskus di atas pasir pantai. Ia terkena angin utara yang menusuk, sampai seorang pedagang Portugis yang murah hati membawanya ke gubuknya yang sederhana. St. Fransiskus terkena demam tinggi, mengeluarkan darah, namun ia tak henti-hentinya berdoa di tengah-tengah kejang-kejang dan suara mengigaunya. Ia semakin lemah dan lemah. Pada hari Sabtu pagi tanggal 3 Desember 1552, “Saya [Antony] dapat melihat bahwa ia sekarat dan saya menyalakan lilin di tangannya. Kemudian, dengan nama Yesus di bibirnya, ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan, Sang Pencipta dengan tenang dan penuh kedamaian.” St. Fransiskus meninggal pada usia 46 tahun. Sebelas tahun dari hidupnya ia lewatkan di Timur. Tubuhnya dimakamkan pada hari Minggu sore dengan dihadiri oleh empat orang, yaitu Antony, seorang Portugis, dan dua orang budak.

Berdasarkan usulan seseorang di kapal, peti mati ditutupi dengan kapur di sekitar tubuh kalau-kalau nanti harus dipindahkan. Lebih dari sepuluh minggu kemudian kuburan dan peti dibuka. Kapur diangkat dari muka dan ditemukan bahwa wajahnya tidak rusak dan tetap cerah warnanya, demikian juga bagian tubuh lainnya dan hanya bau kapur. Tubuhnya kemudian dibawa ke kapal dan dibawa ke Malaka di mana diterima dengan penuh hormat. Pada akhir tahun dibawa ke Goa, dimana tubuh itu dan ketidakrusakannya dibuktikan oleh para dokter. Hingga sekarang tubuhnya masih ada di Gereja Good Jesus. St. Fransiskus dikanonisasi pada tahun 1622, bersama dengan St. Ignatius Loyola, St. Teresa Avila, St. Filipus Neri, dan St. Isidore.

Riwayat hidup St. Fransiskus Xaverius mengungkapkan betapa gembira hatinya menerima Kabar Gembira Kerajaan Allah, menerima Sang Mesias, sehingga ia tak segan-segan berkeliling dunia dan menghadapi segala tantangan untuk membagikan kegembiraannya dengan mewartakan Sang Mesias. Riwayatnya merupakan sebuah ajakan agar kita menyadari betapa berharganya Kabar Gembira Kerajaan Allah, betapa berharganya Kristus Sang Mesias. Dengan iman dan kesadaran ini marilah kita menyambut Sang Mesias dengan penuh sukacita.***


Dalam tiap kesempatan  aku melewati senja bersama mereka, akupun mendapatkan banyak Kasih Tuhan yang kupelajari dari kehidupan rohani yang mereka bagikan. Terlebih aku sangat gembira melewati Misa dan berdoa Rosario bersama. Sosok para Frater, Bruder dan Pastor di sana bisa menjadi sabahat, abang, dan orangtua yang terus memberi aku motivasi dalam perjalanan iman.

Mereka telah menerima panggilan dan merasakan Kasih Tuhan seperti St. Fransiskus Xaverius dan para Misionaris lainnya. Sedangkan aku juga gembira menerima Kasih Tuhan dalam cara yang berbeda dan panggilan yang lain. Aku bahagia menjadi seorang Angela yang bisa mengenal mereka dan terus berbagi cerita. Aku bahagia bisa mendapatkan teladan seperti seorang St. Fransiskus Xaverius dan para orang Kudus lainnya.

Namun bila pada akhirnya Tuhan ingin aku merasakan Kasih-Nya yang lebih Nyata dalam panggilan hidup membiara seperti mereka, aku ingin belajar dari sosok seorang Bunda Maria yang menerima Rahmat Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus Kristus dengan penuh suka cita dengan berkata “Jadilah padaku menurut perkataanMu.” Aku akan menjawab “Jadilah padaku menurut KehendakMu.”

Senja kali ini aku kembali mendapatkan pengalaman yang berkesan bersama mereka dan pengalaman ini menjadi pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan. Aku berdoa semoga Tuhan terus menjaga dan memberkati setiap langkah meraka serta misionaris lainnya dalam pewartaan Kabar Gembira dan Kasih Tuhan. Akupun berdoa sampai tiba waktunya aku akan siap untuk memilih satu panggilan yang akan aku jalani dengan penuh suka cita.***

Sintang, 3 Desember 2011
SCA-AJ.020187
Referensi : www.carmelia.net/index.php?...st-fransiskus-xaverius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125