8 Desember 2011

CENDOL *SATU UNTUK SEMUA*


By. Angela Januarti

#KASIH DUNIA MAYA YANG NYATA#

Minggu siang  tanggal 2 oktober 2011 ketika sedang menunggu teman-teman untuk pergi liburan, aku mendapatkan kesempatan berbincang bersama seorang teman di facebook. Ia seorang penulis, itu yang kuketahui dari kak Maya Woda yang mengenalnya. Kak Maya menyarankan aku berbincang dengan Anindra Yudya Pradana tentang menulis dan ternyata menjadi awal perbincangan yang berkesan. Bang Anindra memberikan aku banyak pesan, dan aku masih ingat beberapa pesannya kepadaku saat itu “Bersyukurlah, itu penting!. Yang penting harus siap menerima kritik dan saran dari orang lain. Ketika novel terbit, akan banyak kritikan-kritikan masuk. Itulah yang kualami.
 
Melihat aku sangat bersemangat menceritakan harapanku ingin menerbitkan tulisan tentang kebudayaan, ia berkata “Aku tambahkan kamu ke grup/komunitas penulis se Indonesia namanya cendol, kamu bisa sharing disana. Tapi syaratnya jangan menyingkat tulisan ya? itu aturan yang berlaku disana. So, dijamin kamu nggak bakalan rugi deh ikutan grup itu, namanya diskusi menulis fiksi.” Dengan semangat aku menjawab “Makasih abang, aku lagi lihat-lihat grup nya, senangnya aku hari ini Tuhan buka jalanNya.

Aku gembira karna perbincangan singkat itu membuat aku mengenal kelas cendol, namun karena belum terbiasa aku hanya melihat-lihat tanpa berani menyapa satupun anggota cendol dan bercerita bersama dalam setiap kelas. Semua berlangsung selama  tiga belas hari hingga 15 oktober 2011 permintaan pertemananku di terima oleh salah satu anggota cendol yang belum ku kenal bernama ibu Titie Surya. Aku ingat saat berbincang aku memanggil dengan sapaan ibu hingga beliau memintaku memanggil dengan sapaan Bunda seperti para cendolers yang lainnya. Dengan polos aku bercerita niat menerbitkan tulisanku seperti yang ku ceritakan pada bang Anindra dan aku mendapat respon positif dari beliau. Tentunya semua itu membuatku sangat gembira, terlebih karena Bunda Titie juga, aku akhirnya mulai berani menyapa di kelas dan ditanggapi oleh teman-teman termasuk kepala sekolah Mayoko Aiko dan suker Donatus A. Nugroho. Aku ingat berkomentar pada Class In English (CIE) pertamaku yang membahas TRANSLATING MEANS WRITING lagu Set Fire To The Rain- Adele, terpananya aku melihat Miss Wina Amora K menterjemahkan lirik lagu dengan sangat indah, dan kelas CIE ini membuatku menyukai lagu Adele. 

Setiap kesan manis yang kudapatkan membuat aku mulai betah untuk tinggal di kelas dan bercerita bersama mereka. Kehebohan mulai terjadi, rasa gembira yang kudapatkan membuatku tak bisa diam. Akupun mulai bercerita pengalamanku pada teman-teman kantor, aku ingat sekali aku dengan semangat mengebu-gebu bercerita kepada kepala departemen tempatku bekerja tentang grup cendol, dan beliau berkata padaku “Belajar terus ya!!”, semuanya tidak berhenti disana karena General Manager kamipun akhirnya penasaran dengan Grup ini. Beliau dengan rendah hati berkata padaku “Tambahkan bapak ke grup itu” dan aku menambahkannya bersama beberapa teman yang juga menyukai menulis. Meski mereka tidak aktif dalam kelas karena kesibukan masing-masing ,namun aku pernah mendapatkan komentar dari satu temanku “Aku udah lihat grupnya dan perbincangan di sana sangat santai namun berbobot” dan akupun tersenyum mendengarnya sambil mengingat kalimat ini CENDOL adalah CErita meNulis dan Diskusi OnLine.
Sebuah media untuk berbagi dan belajar kepenulisan, sastra dan literasi. Meski kita wajib stress dan seringkali rusuh, tapi kita tetap terarah. Karena kita KEREN!! Dan yang lebih penting lagi, kita bisa mendapatkan banyak ilmu dari sini tanpa biaya dan berujung pada membagikan karya kita untuk dunia!***

Tiga hari setelah aku mulai berani masuk kelas, Bunda Titie memperkenalkanku kepada Bunda Astuti J Syahban yang ahli dalam bidang menulis Memoar, kebutulan aku juga sangat sering menulis memoar dari setiap pengalaman yang kudapatkan. Dari perkenalan singkat kami berbagi banyak cerita hingga aku semakin semangat menulis, Bunda membaca beberapa tulisanku dan aku ingat komentar pertama Bunda Astuti “Bagus tulisanmu, Angel. Masih penasaran dengan warna tulisanmu lainnya.” Semua yang kami bicarakan membuatku terus termotivasi untuk menulis.

Semenjak mengenal kelas cendol ini, aku belajar banyak hal dari mereka semua, bukan hanya di dunia menulis namun dengan kelas-kelas yang hadir seperti PANADOL JUM'AT CENDOL, OCK (Operasi Cendol Kecil) Cerpen, OCK Puisi, FISKOM CERPENDOL, FISKOM PUPUCEN, FISKOM PANCEN OYE, OCB (Operasi Cendol Besar), CEMOFREAKS, CENDOL IN ENGLISH, KLINIK CENDOL, KRC dan MTTAC, aku banyak belajar hal lain yang tidak kuketahui sebelumnya. Yang paling berkesan adalah materi yang disajikan dalam Jum’at Cendol, Sirkus Penulis dan Nyendol Kesiangan, aku merasa setiap kali ketiga hal ini muncul, kepala sekolah dan para suker seperti sangat mengerti kebutuhan para cendolers untuk terus memotivasi menulis.

Ini mungkin hanya sebagian hal kecil yang baru dapat kulihat, namun dalam perjalanan mengikuti kelas tepat 58 hari, aku melihat banyak Kasih yang tercipta dan tanpa sadar aku mulai merasakan satu demi satu Kasih yang mereka hadirkan menjadi pengalaman berkesan untukku.
Satu pagi tanggal 4 Nov 2011, aku dan bunda Astuti kembali bercerita, kali ini aku mendapatkan satu kejutan manis karena bunda mengatakan ia menjadi volunteer di RS Sardjito untuk pendampingan pasien anak yang berpenyakit kelainan darah. Bunda bercerita suka duka menemani pasien, mulai dari tawa yang bisa mereka hadirkan 2x60 menit untuk membuat pasien lupa akan sakit dan obat-obatan, sampai duka ketika mereka kembali berkunjung dan mendapati kabar pasien yang mereka pernah temani meninggal. Kata Bunda “Pada hakikatnya adalah ketika kita berniat memberi kebahagiaan kepada orang lain, dan ketika kita bermanfaat bagi orang lain, disitulah sebenarnya letak kebahagiaan kita yang sebenarnya.” Dan seperti itu juga menulis ketika tulisan kita bisa memberikan satu motivasi dan bisa berguna untuk orang lain, dan orang menjadi lebih peduli dengan sekitar dan mensyukuri hidup, maka itulah letak kebahagiaan sebagai seorang penulis.***

Satu kali aku kebingungan menulis cerita yang mengangkat kearifan lokal tempatku berada, aku bingung apakah nama tempat dalam cerita yang ku ambil dari pengalaman bisa kuubah dalam fiksi yang kutulis, dengan pertanyaan di kepala aku memposting pertanyaan di dinding grup, sontak hanya hitungan detik pertanyaanku sudah direspon oleh cendolers dan suker Donatus. Aku juga merasa terbantu ketika seorang sahabat cendolers memperkenalkanku pada Kak Dela Bunga Venus yang menulis cerpen tentang masyarakat Baduy, dari buku yang ku dapatkan memberikanku gambaran tentang tulisan yang mengangkat kearifan lokal. Hal yang berkesan lainnya adalah ketika aku membaca halaman belakang buku Gilalova #4 Kado Untuk Ratu yang royaltinya disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia seluas 1800 meter persegi, hatikupun bergetar, kagum… yang kurasakan saat itu. 

Kemudian aku kembali merasa terbantu ketika satu sahabatku meminta aku menuliskan drama untuk malam Natal, aku tidak memiliki pengalaman sedikitpun menulis drama dan aku kembali meminta saran di grup hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan satu drama dan temanku menyukainya. Ini sebagian pengalaman pribadiku yang menggembirakan, namun ada juga yang menguras air mata namun tetap berkesan. Satu malam ketika aku sudah menyelesaikan editan tulisanku, aku meminta father Donatus untuk membaca dan memberi saran, dalam hitungan menit satu komentar muncul dan terus ku ingat sampai sekarang “Lompatan terlalu cepat.

Kurang detail. Mungkin karena kurang pengetahuan, misalnya hal yang sederhana: menanam padi. Terlihat kamu gak menguasai hal itu. Nah, jadi seperti kataku selama ini .... menulis itu harus jujur. Jujur, apa yang kita pahami saja.” Sontak kata-kata ini membuatku menangis, menangis karena aku merasa tulisanku hambar, bahkan untuk hal-hal sederhana akupun kurang paham. Namun hal ini menjadi pelajaran sangat berarti bagiku, hingga aku terus belajar menulis yang baik dan tentunya lebih JUJUR.***

Cerita lain tentang kasih yang mereka hadirkan adalah saat satu teman cendolers yang sudah kuanggap sebagai adikku sakit, ia berkata padaku ia sedang flu dan sesak napas. Ia sedang kuliah dan jauh dari orangtuanya, hal ini cukup mengkhawatirkan bagiku meski ia sudah cukup dewasa menjaga dirinya sendiri. Malam hari aku kembali menanyakan kabarnya dan dia memberi tahu sedang di terapi oleh Bunda Titie yang adalah praktisi kesehatan ditemani father Donatus di sampingnya. Saat itu hatiku lega karena ia dijaga oleh orang-orang penuh kasih. Akupun pernah mengalami hal yang sama, ketika kelas klinik cendol bunda Titie memberikanku saran atas kram yang kualami, meski jarak kami jauh namun aku dapat merasakan perhatian yang mereka hadirkan untukku dan semua cendolers.

Satu hal lain yang mungkin sangat mengharukan bagi banyak cendolers yang mengenal seorang Dinar Atfa Cholifah (28 mei 1994 - 19 Juni 2011), seorang cendolers yang meninggal di usia mudanya. Meski aku tidak sempat mengenal Dinar, namun aku dapat merasakan betapa besar cinta mereka terhadapnya. Aku membaca satu tulisan yang kepsek Mayoko posting di grup tentang Dinar, satu kalimat yang terus terniang Hal yang paling membahagiakan dan membuat menangis di grup ini adalah mengenal seorang DINAR!!. Dengan kasih yang mereka miliki, mereka (para cendolers) menerbitkan buku persembahan untuk alm Dinar bernama Senyum Bidadari Kecil (SBK) dan royalti buku itupun diberikan kepada keluarga Dinar.
Bukan hanya buku SBK, namun tanggal 27 November 2011 kemarin, mereka kembali menerbitkan 10 buku karya cendolers yang mereka bimbing, satu bukti Kasih yang tak pernah putus-putusnya mereka berikan, bahkan seorang father Donatus sampai sakit karena kelelahan melakukan penyuting buku-buku. Namun mereka semua tidak pernah mengeluh dan melakukannya dengan penuh suka cita. Mengutip kalimat dari kepsek Mayoko Aiko “Kita pantas Bangga karena meluncurkan 10 buku yang sangat keren. Buku-buku hasil "siksaan" Dewan Suker, dan juga "keringat dingin" cendolers. Sebagai Kepala Sekolah saya hanya pendorong. Dewan Suker dari berbagai kalangan bekerja dengan semangat pengabdian dengan argo NOL Rupiah. Semua akan sia-sia bila cendolers tidak memiliki semangat. Kepsek hanyalah debu, Dewan Suker seperti kerikil dan kalian cendolers semua adalah batu-batu gunung dan karang. Bila kalian lemah dan malas, kami yang akan pergi tertiup angin. Karya kalian membuat kalian terlihat kokoh dan berkharisma. Bangga rasanya berada di tengah-tengah kalian.”

Mereka adalah pribadi yang luar biasa, Kasih yang mereka hadirkan membuat para cendolers tak pernah berhenti belajar untuk menghasilkan karya untuk dunia. Mereka membuktikan  KASIH dalam dunia maya yang terasa begitu Nyata. Melalui tulisan ini juga, aku ingin mengungkapkan rasa banggaku terhadap ketulusan mereka. Menulis, bukan hanya menulis apa yang ingin kita tulis, namun dengan menulis kita dapat menghadirkan banyak Kasih bagi orang lain yang menikmati karya kita. Mereka guru tanpa tanda jasa, tanpa tanda tanya dan tanpa tanda seru. Mereka siap membantu, membimbing dan mengasihi siapapun yang dengan kerendahan hati ingin belajar menulis.

Bukti KASIH yang tak pernah padam di dunia Maya yang Nyata…. 

I LOVE CENDOL….
"SATU UNTUK SEMUA, BUKAN SEMUA UNTUK SATU".
Pertipis jarak, hilangkan sekat hebat dan tidak hebat, dahulukan kepentingan bersama dalam azas tolong-menolong dan gotong-royong yang cair-santun-saling menguntungkan. Karena kita adalah sebuah KELUARGA BESAR yang... KEREN !

SCA-AJ.020187

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125