8 November 2013

Surat Kedelapan dari Desa

By. Angela Januarti

Dear David…
Como vai, David? Aku sedang belajar bahasa portugues dari seorang kakak. Aku gembira bisa membagikan beberapa kalimat yang sudah kupelajari dalam surat ini. Seperti biasa, aku ingin bercerita tentang pengalamanku mengunjungi sebuah kampung.
Aku dan seorang teman berangkat pukul satu siang menggunakan motor. Ia membawaku melewati jalur yang belum pernah kulalui. Medannya cukup ekstrem, mengingat jalanan baru mulai kering setelah diguyur hujan kemarin. Ada banyak tanjakan dan turunan. Rasanya seperti lirik lagu film kartun Ninja Hatori saja – ‘mendaki gunung, lewati lembah.’ Kami juga harus menyeberangi sungai menggunakan perahu. Saat-saat seperti ini terasa menyenangkan. Panas dan lelah menghilang seketika.
suratkedelapan (1)
Perjalanan ditempuh selama satu jam. Aku salut melihat teman yang memboncengku. Benar-benar wonder women. Sekali pun aku tahu dia kelelahan, namun semangatnya tetap menggebu-gebu.
Sebelum sampai di kampung, kami disuguhkan permandangan ladang-ladang yang sudah dibakar dan siap ditanami padi. Bulan September – Oktober ini masyarakat memang disibukkan dengan menugal. Hal ini juga menjadi kendala untuk bertemu mereka pada siang hari. Maka, sebelum berangkat kami mengirimkan pesan akan kedatangan kami.
Aku dan temanku sempat beristirahat sebentar, memandangi ladang dan beberapa pondok sederhana yang dibuat untuk beristirahat melepas lelah bagi para warga. Kamu tentu tahu aku pasti mendokumentasikan semua itu.
suratkedelapan (2)
Sudah setahun aku tidak berkunjung ke kampung ini. Saat kami tiba, masyarakat yang kebetulan berada di rumah menyambut dengan sangat ramah. Mereka tetap mengingatku. Kami bersantai di beranda rumah, menikmati secangkir teh hangat, sirih dan buah pisang pemberian seorang warga. Sambutan seperti ini benar-benar membuatku serasa pulang ke kampung halaman. Terlebih sukacita yang mereka hadirkan saat berbincang dan menceritakan pengalaman lucu.
Berambih bon?” beberapa warga menanyakan apakah kami akan menginap.
Biasanya, kalau teman-teman tiba di kampung sore hari mereka memilih menginap. Tahun lalu pun aku pernah menginap di tempat ini. Sayangnya, kali ini kami tidak ada rencana menginap. Cuaca sangat bagus untuk pulang pergi dalam sehari. Kulihat ada raut kekecewaan pada wajah mereka. Lantas, aku berinisiatif mengajak beberapa warga berfoto bersama. Anggaplah berfoto ini sebagai ganti kami tidak menginap. Seketika wajah-wajah mereka kembali tersenyum bahagia.
Saat hendak pulang, kami dihadiahi singkong mentah yang baru saja dipanen. Wah, betapa gembiranya hati kami berdua. Hari ini aku merasa sangat bahagia.
“Lain kali, kita harus membawa oleh-oleh juga untuk mereka. Paling tidak buah-buahan untuk kita makan bersama sambil bersantai di berada rumah,” tuturku dalam perjalanan pulang.
“Iya, itu ide yang bagus,” timpalnya.
Aku melampirkan beberapa foto untukmu, David. Semoga kamu menyukainya. Sudah pukul sebelas malam. Aku harus bergegas menyelesaikan surat ini. Boa noite, David.
Eu te amo!
suratkedelapan (3)
Mawar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125