12 Juni 2010

***River in My Hometown***

By. Angela Januarti (AJ.020187)
Rawak, Minggu 11 April 2010

Sore hari tanpa panasnya terik matahari. Aku terduduk di depan jendela rumahku, permandangan yang berbeda karena di depanku sungai mengalir dengan tenang, tanpa ombak seperti laut. Sungai ini memberi batas antara tempatku dan seberang sana, walau tidak jauh dan dihubungkan dengan jembatan yang sering aku lalui. Diseberang sana masih banyak pohon yang tumbuh meski sudah ada dibangun rumah-rumah penduduk, banyak jenis pohon yang tumbuh namun hanya dua yang aku ketahui yaitu pohon kelapa dan kekabu (dalam bahasa melayu disini yang artinya pohon kapas). Selain kedua pohon tersebut ada satu pohon yang terus memukau mataku dengan keindahannya, pohon tersebut menghasilkan bunga berwarna ungu dan aku sangat sering melihatnya tanpa pernah tahu namanya.

Ada dua anak laki-laki bermain di atas pohon yang sudah hampir tidak berdaun. Mereka seperti sangat menikmatinya, pohon yang tumbuh di tepi sungai yang tidak terlalu tinggi. Awalnya aku berpikir mereka akan bermain di perahu yang diikat di pohon itu tapi ternyata pikiranku salah.

Sungai di belakang rumahku merupakan anak dari Sungai Kapuas yang terkenal, orang-orang sering menyebutnya Sungai Sekadau, sungai yang membuat rumahku selalu banjir di kala musim hujan tiba dan menjadi surut kala musim kemarau. Aku teringat masa-masa dulu pada musim kemarau, sore hari seperti ini akan banyak orang mandi dan berenang ke seberang. Ada yang sendiri, bersama teman dan juga keluarga, kemudian sungai ini akan dipenuhi oleh penduduk Desa Rawak tempat aku berasal.

Aku terus memandangi sungai bersama keponakanku yang semangat memanggil papaku yang kebetulan sedang mandi di sungai dengan sebutan Akong (dalam bahasa Tiocu yang artinya Kakek). Sungai yang memberikan kehidupan bagi penduduk dan sungguh malang kerena sungai ini mulai tercemar. Aku sangat prihatin ketika begitu banyak penduduk membuang sampah ke sungai. Aku hanya bisa prihatin tanpa bisa memberikan solusi. Aku pernah berdiskusi dengan adik perempuanku tentang ekosistem sungai yang rusak karena sampah di buang ke sungai, dan pilihannya seperti serba salah karena belum ada tempat pengelolaan sampah yang standar, dan apabila sampah dibakar tentunya juga merusak lapisan ozon.

Aku ingin ada kepedulian bersama akan sungai ini, karena apabila musim kemarau tiba dan air menjadi surut, tumpukan sampah di bawah sungai akan kelihatan dan alangkah tidak menyenangkannya permandangan seperti itu. Seperti sesuatu yang indah diluar namun ternyata rusak di dalamnya, inilah nasib sungai di belakang rumahku, sungai indah yang ku pandangi saat ini.

*******************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125