12 November 2014

Kenapa Aku Menulis?

 
Oleh. Angela Januarti
 


Menjadi penulis, tidak terlintas sedikitpun dibenakku. Aku menyukai dunia menulis sejak SMP, saat itu masih jamannya menulis goresan, begitu kami menyebutnya. Hanya sekedar hobi, aku tidak pernah berpikir lebih hingga tamat kuliah. Aku masih sering menulis, belajar membuat cerpen, menulis catatan yang ku upload di beberapa jejaringan sosial.
Kalau ditanya mengapa suka menulis, jawabannya sederhana; aku ingin berbagi pengalaman yang kudapatkan. Entah itu pengalaman suka duka pribadi, keprihatinan terhadap lingkungan dan banyak hal lainnya. Intinya aku menulis apa yang ingin kutulis, itu saja.
Setiap awal tahun aku terbiasa menulis daftar impian yang ingin kucapai dalam setahun. Ah, tahukah kalian aku memasukkan satu impian ingin menerbitkan buku di tahun 2011. Jujur aku tidak tahu caranya, yang kulakukan hanya menulis dan menulis. Tapi, aku percaya  Tuhan melihat kerja keras kita dalam tiap hal. Karena memasuki bulan September 2011 aku diperkenalkan pada grup penulis di facebook. Satu perkenalan tanpa sengaja.
Aku tidak menyia-yiakan kesempatan. Aku mulai melihat dan belajar banyak hal. Aku tidak paham teori dalam menulis, bahkan peletakan tanda “ untuk dialog saja aku bisa salah. Banyak kata-kata asing untukku, istilah “diksi” pernah membuatku kebingungan. Tapi inilah sebuah proses, tak ada yang diraih tanpa kerja keras dan belajar yang giat.
Soal proses belajar, aku pernah menangis karena tulisanku dikoreksi seorang penulis senior. Beliau dengan rendah hati memberikan banyak saran. Satu kalimat yang paling menyentuh adalah “menulislah dengan jujur.” Ketika aku merenungi kalimat ini dan kembali membaca tulisanku, aku mendapatkan benang merahnya.
Aku mulai semakin giat belajar dan berani mengikuti beberapa lomba menulis. Meski baru satu lomba yang lolos dalam antologi, aku sangat mensyukuri semua itu. Paling tidak, ini memacuku untuk terus bersemangat menulis. Aku juga sering berbincang bersama penulis yang lain, berbagi pengalaman dan mendengarkan saran-saran mereka. Orang cerdas mengatakan “pengalaman adalah guru yang paling baik.” Aku setuju dengan kalimat ini. Tapi, bukan hanya pengalaman pribadi yang bisa dijadikan guru, pengalaman orang lain juga bisa menginspirasi bila diresapi.
Bermodalkan keinginan untuk belajar baik dari pengalaman pribadi dan oranglain. Aku mengimbanginya dengan sikap rendah hati. Jujur, aku pribadi yang “kebal” bila dikritik. Kebal dalam arti aku tidak akan mudah tersinggung dan melihat kritikan sebagai hal positif. Kalau mendapatkan kritikan aku akan merenung dan mencari solusi memperbaiki kesalahan.
Dalam proses mencapai impian, selalu ada masa jatuh bangunnya. Aku juga merasakan hal yang sama. Ketika semangatku semakin menggebu untuk serius mendalami dunia menulis. Pekerjaan kantor juga memerlukan perhatian khusus. Aku sempat down, mengeluh dengan pekerjaan. Penulis tersebut kembali memberikanku saran bahwa kedua hal dapat berjalan berimbang. Alhasil, hingga sekarang aku menjalani keduanya dengan gembira.
Sejak saat itu, aku merasa tiap pribadi memperhatikanku. Secara tidak langsung tiap pertanyaan yang terlintas dibenakku terjawab dalam pribadi mereka. Baik itu dari candaan, postingan, status, tulisan dan perbincangan. Sungguh indah bukan?
Aku telah merasakan dampak positifnya. Keinginan untuk belajar, kerendahan hati dan kerja keras yang berpadu membawa hal indah. Tiap pribadi yang kukenal memberikan banyak kesempatan mengembangkan minat bakatku dalam menulis. Aku mulai diajak menulis renungan untuk kaum muda, menulis artikel dan cerpen di koran lokal, buletin kantor, website dan blog salah satu NGO di Australia.
Satu impian yang kutulis di tahun 2011 mendapat jalan untuk diwujudkan. Alangkah bersyukurnya hatiku. Dan aku memilih untuk tetap menulis ....


*Tulisan yang berserakan, kutemukan dalam file tahun 2013. Daripada tersimpan di sana, baiknya aku share. Siapa tahu bisa menginspirasi yang baca :)

-AJ.020187-
Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125