Menemukan Kebahagiaan
Oleh. Angela Januarti
Hari ini ada banyak orang yang berbahagia. Seorang sahabat berbahagia
karena ia memulai hidup baru dengan orang yang sangat dicintainya. Lainnya
berbahagia karena merayakan wisuda D3 mereka. Bagiku sendiri, hari ini punya
dua kisah khusus. Melepas dan menemukan kebahagiaan. Aku tidak akan bercerita
tentang sesuatu yang harus kulepaskan. Namun aku akan bercerita tentang
kebahagiaan-kebahagiaan yang kutemukan dalam satu hari.
Kebahagiaan itu dimulai saat aku
dan teman-teman satu kantor mengisi waktu luang dengan berbagi cerita. Kadang
kami membahas hal-hal serius, lain waktu kami bercanda dan bergembira dengan
‘kegaduhan’ yang kami ciptakan. Suasana ini membuat kerja tidak membosankan.
Selanjutnya aku diberi kesempatan berbincang bersama
beberapa pribadi yang sangat dekat denganku. Cukup lama kami tidak bercerita
dalam durasi yang lama karena kesibukan masing-masing. Dalam perbincangan
dengan seorang kakak, ia mengingatkanku pada sebuah ketulusan hati mendoakan seseorang
yang aku sayangi. Aku memikirkan satu kalimat yang kudapatkan satu hari
sebelumnya dari buku renungan yang kubaca “Berdoalah
karena kuasa doa tidak dapat dikalahkan oleh kekuatan apapun. Kuasa doa memberi
ketenangan dalam diri.” Diakhir perbincangan kami, ia berkata bahwa ia akan
selalu mendoakanku. Apa yang diutarakannya padaku, membuatku merasakan satu
ketenangan tersendiri.
Tidak berselang lama, aku
berbincang dengan seorang abang. Ia pribadi yang cukup ‘cerewet’ dalam beberapa
hal. Ia sering berkomentar dan memberikanku banyak masukan yang membangun. Kali
ini pun, pesan yang ia kirim dipenuhi nasihat yang membuatku speechless. Aku senang membaca satu
kalimat yang ia berikan “Menjadi sesuatu yang besar tidak instan, perlu proses.
Biarlah hal yang alami itu menuntunmu menuju kesuksesan.” Kalimat ini
diutarakannya karena ia ingin aku belajar sesuatu dari hal-hal mendasar, bukan
melompat pada tingkat yang tinggi saat aku belum siap.
Saat jam kerja usai, aku hendak membawa
motorku yang mogok ke bengkel untuk di service.
Dalam perjalanan menyeberang jalan, motorku kembali mogok tepat di depan sebuah
becak yang hendak melintas. Becak itu membawa beberapa ken air yang penuh.
Orang bengkel yang melihatku hanya tertawa dan berkomentar “Hampir saja kamu ditabrak becak.” Seraya
menunggu motorku di service, kami
membahas ulang kejadian tadi. Jujur saja, aku tadi sempat deg-degan. Namun
kejadian ini juga membuatku tertawa sendiri. Aneh saja bila membayangkan orang
yang mengendarai sepeda motor ditabrak oleh orang yang mengendarai becak.
Dimalam yang hening, aku mendapati
abang sepupuku memajang foto kami saat sedang berkumpul. Langsung saja aku
berkomentar “Kayaknya ada yang rindu.” Tidak berselang lama, ia membalasnya.
Maka, berlanjutlah perbincangan kami hingga curhat-curhatan.
Sesaat, aku terdiam sejenak dan
memikirkan ulang apa yang sudah terjadi dalam satu hari ini. Aku menemukan bahwa
aku dikelilingi pribadi-pribadi yang luar biasa. Mereka memiliki andil yang
membentukku menjadi seperti saat ini. Aku pun kembali disadarkan, bahwa Tuhan
selalu punya cara untuk membuatku tersenyum. Bahkan melalui hal-hal sederhana
sekali pun, Ia mengajariku untuk selalu mengucap syukur.
Kebahagiaan itu sederhana dan aku telah menemukannya.
*