#We Love You, Mom#
Oleh. Angela Januarti
Pagi ini aku disuguhkan satu renungan yang indah dari seorang Bapak
yang kukenal. Bercerita tentang ibu dan anak yang saling rindu karena
jarak. Dan aku juga mengenal sang ibu tersebut. Aku membaca kalimat
terakhir yang menyentuh dan menyejukkan : “Ikatan kasih sayang bisa
terjalin dengan indah meski ribuan mil jarak yang memisah. Rasa rindu
tak harus tuntas dengan bertemu. Rasa sayang tak harus lunas dengan
dekapan. Banyak cara untuk mengungkapkannya. Gaya mungkin berbeda. Namun
maknanya sama: CINTA.” Sesaat aku bisa merasakan bagaimana perasaan itu, meski aku bukan seorang ibu. Anggaplah jiwa keibuanku muncul seketika.
Membaca renungan itu membuatku rindu mamaku. Padahal baru saja dua
hari yang lalu kami bertemu. Dan seperti biasa, aku akan sangat manja
bila berada di rumah. Kebiasaan yang sering kulihat, Mama tidak pernah
pilih kasih untuk menyayangi anak-anaknya. Misalnya saja, kalau ada
makanan yang kami sukai, ia akan menyimpannya sampai kami pulang ke
rumah. Atau mengirimkannya agar semua bisa menikmati makanan yang sama.
Bila hari raya, Mama akan terlihat sedih kalau satu diantara kami tidak
ikut berkumpul.
Mama tidak pernah melarang anak-anaknya ikut semua kegiatan yang
positif. Ia selalu mendukung dan mendoakan kami. Mama akan mengirimkan
sms atau menelepon bila kami seperti menghilang tanpa kabar. Kalimat
yang diucapkan mama sangat sederhana : “Lagi apa, sudah makan belum?”
Bagiku Mama itu luar biasa. Aku selalu bisa menjadi diri sendiri di
depannya. “Anak-anakku semuanya manja. Baik yang sudah berkeluarga,
sudah berkerja dan yang masih kuliah.” Kalimat ini sangat sering
diucapkan mama dan kami selalu tersenyum bahagia mendengarnya.
Kami menyayangimu Mama. Terima kasih untuk semua dukungan, doa dan
kasih sayangmu. Cintamu seperti air yang terus mengalir tanpa henti,
menghadirkan kesejukan dan membuat hati kami tenang. Kami berjanji akan
selalu membuatmu bahagia. We love you Mom!
Sintang, 9 Oktober 2012
SCA-AJ.020187
Setiap kepingan kehidupan memiliki keajaibannya sendiri. Keajaiban itulah yang ingin kubagikan dengan menulis.
8 Desember 2012
Oase Hidup Malaikat Kecil
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
SENJA KEDUA PULUH EMPAT DI BIARA MENYURAI
#Sebuah Benih#
Oleh. Angela Januarti
Di sela kesibukan mengunjungi banyak tempat untuk tugas yang diberikan. Merasakan senja selalu menjadi satu kerinduan tersendiri dalam hatiku. Bukan hanya tempatnya. Pertemuan dengan mereka semua yang ada di sana dan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi sungguh membahagiakan.
Aku mengunjungi biara Menyurai seperti biasa. Biara terlihat mulai ramai. Aku segera masuk ruang doa untuk mempersiapkan diri. Ruangan sudah dipenuhi anak-anak asrama, Suster, Pastor, Bruder dan beberapa umat. Aku pun memilih duduk di kursi pojok karena kursi-kursi sudah penuh.
Dalam misa kali ini aku tertarik dengan Injil yang dibacakan. Perumpamaan tentang penabur benih yang menabur pada banyak jenis tanah, memberikan satu perenungan yang indah. Aku mengibaratkan diriku sebagai sebuah benih. Tuhan tentu ingin aku jatuh di tanah yang baik, bisa tumbuh dan berbuah banyak. Ini seperti pesan untukku.
Aku ingin menjadi benih tersebut. Tapi aku sadar ada banyak kekurangan dalam diriku yang bisa membuat benih tumbuh tidak sempurna. Akhirnya, aku mencari satu hal yang bisa membuatku kuat. Ia adalah iman. Aku teringat renungan yang kubaca tadi pagi. Ada kalimat yang berbunyi : Iman yang kuat sangatlah diperlukan dalam upaya seseorang mewujudkan harapannya. Iman yang kuat membantu kita dalam membangun daya tahan untuk menghadapi hidup agar tetap berjalan lurus dan benar.
Senja menjadi salah satu cara menguatkan iman yang kumiliki. Apalagi ada satu kejadian yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Ketika persiapan persembahan dan Pastor mulai menuangkan anggur Ekaristi pada sebuah piala. Aku dapat mencium aroma anggur yang dituangkan. Mungkin ini terbawa angin dari kipas yang berputar. Sesaat aroma anggur membuat hatiku tenang. Hal tersebut kembali kurasakan untuk kedua kalinya, ketika piala perjamuan diangkat dalam Doa Syukur Agung. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak tentang perasaanku. Tapi ini sangat istimewa.
Ya, Tuhan ingin aku jadi benih. Ia mengajariku untuk memiliki iman yang kuat di dalam-Nya. Akhirnya aku tahu bahwa perayaan Ekaristi adalah salah satu cara terbaik untuk menyatukan semuanya. Agar nanti aku bisa menjadi benih yang baik, tidak hanya dalam lingkup komunitas kecil. Tapi juga dalam pergaulanku dengan banyak orang.
Senja, selalu memberi pelajaran yang sederhana dan penuh makna.
Sintang, 22 September 2012
SCA-AJ.020187
Oleh. Angela Januarti
Di sela kesibukan mengunjungi banyak tempat untuk tugas yang diberikan. Merasakan senja selalu menjadi satu kerinduan tersendiri dalam hatiku. Bukan hanya tempatnya. Pertemuan dengan mereka semua yang ada di sana dan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi sungguh membahagiakan.
Aku mengunjungi biara Menyurai seperti biasa. Biara terlihat mulai ramai. Aku segera masuk ruang doa untuk mempersiapkan diri. Ruangan sudah dipenuhi anak-anak asrama, Suster, Pastor, Bruder dan beberapa umat. Aku pun memilih duduk di kursi pojok karena kursi-kursi sudah penuh.
Dalam misa kali ini aku tertarik dengan Injil yang dibacakan. Perumpamaan tentang penabur benih yang menabur pada banyak jenis tanah, memberikan satu perenungan yang indah. Aku mengibaratkan diriku sebagai sebuah benih. Tuhan tentu ingin aku jatuh di tanah yang baik, bisa tumbuh dan berbuah banyak. Ini seperti pesan untukku.
Aku ingin menjadi benih tersebut. Tapi aku sadar ada banyak kekurangan dalam diriku yang bisa membuat benih tumbuh tidak sempurna. Akhirnya, aku mencari satu hal yang bisa membuatku kuat. Ia adalah iman. Aku teringat renungan yang kubaca tadi pagi. Ada kalimat yang berbunyi : Iman yang kuat sangatlah diperlukan dalam upaya seseorang mewujudkan harapannya. Iman yang kuat membantu kita dalam membangun daya tahan untuk menghadapi hidup agar tetap berjalan lurus dan benar.
Senja menjadi salah satu cara menguatkan iman yang kumiliki. Apalagi ada satu kejadian yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Ketika persiapan persembahan dan Pastor mulai menuangkan anggur Ekaristi pada sebuah piala. Aku dapat mencium aroma anggur yang dituangkan. Mungkin ini terbawa angin dari kipas yang berputar. Sesaat aroma anggur membuat hatiku tenang. Hal tersebut kembali kurasakan untuk kedua kalinya, ketika piala perjamuan diangkat dalam Doa Syukur Agung. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak tentang perasaanku. Tapi ini sangat istimewa.
Ya, Tuhan ingin aku jadi benih. Ia mengajariku untuk memiliki iman yang kuat di dalam-Nya. Akhirnya aku tahu bahwa perayaan Ekaristi adalah salah satu cara terbaik untuk menyatukan semuanya. Agar nanti aku bisa menjadi benih yang baik, tidak hanya dalam lingkup komunitas kecil. Tapi juga dalam pergaulanku dengan banyak orang.
Senja, selalu memberi pelajaran yang sederhana dan penuh makna.
Sintang, 22 September 2012
SCA-AJ.020187
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai.
-AJ.020187-
Langganan:
Postingan (Atom)
- Angela Januarti
- Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-