25 Januari 2012

OASE HIDUP MALAIKAT KECIL

By. Angela Januarti

#MEMBERI DENGAN CUMA-CUMA#

“Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8a)

Glenn seorang anak remaja yang hidup dalam keluarga sederhana. Ia memiliki hobi menggambar.  Ayah dan ibunya seorang petani biasa. Meski dari keluarga sederhana, Glenn tidak pernah malu akan keadaannya. Ia tetap bersyukur dan melewati hari-harinya dengan ceria. Setiap hari minggu ia berkunjung ke sebuah panti yang menampung anak-anak yatim. Ia tidak membawa hadiah, namun hanya bermain dan sesekali membawakan kue yang dibuat oleh ibunya sendiri.

Satu sore saat pulang dari panti, Glenn melihat seorang perempuan yang mendorong motor karena bocor. Dengan sigap Glenn segera meminta izin untuk membantu sampai menemukan bengkel terdekat. Sepanjang jalan mereka bercerita dan perbincangan menjadi terasa menyenangkan.  Glenn menceritakan hobinya dan membuat perempuan tersebut menjadi tertarik akan bakat yang dimiliki Glenn. Iapun menanyakan alamat rumah Glenn untuk bisa memberitahu info sebuah lomba yang pernah ia dengar dari sahabatnya.

Satu minggu berlalu dan Glenn masih seperti biasa melewati hari-harinya. Saat ia pulang dari panti dan sampai di rumah. Ia dikejutkan dengan hadiah alat menggambar dan melukis. Ibunya bercerita seorang perempuan datang dan memberikan hadiah sebagai ucapan terima kasih atas bantuan Glenn. Beserta hadiah tersebut, terdapat info lomba melukis untuk remaja dan memo kecil yang bertuliskan Kamu harus ikut lomba ini!
Glenn sangat gembira mendapatkan hadiah itu dan mulai melukis untuk mengikuti lomba. Setelah selesai iapun mengirimkan hasil lukisannya pada panitia lomba.***

Penantian yang menegangkan. Glenn tidak lupa berdoa untuk menyempurakan usaha yang telah ia lakukan. Ia teringat satu ayat yang sangat ia sukai “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7). Ayat itu menguatkannya, bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang ia minta dengan tulus.

Kayakinan dan ketulusannya membuat Glenn menang juara satu. Lukisan anak-anak yatim menyentuh hati para dewan juri. Ia pun mendapatkan hadiah sejumlah uang. Dengan uang yang ia miliki. Glenn membeli peralatan menggambar dan melukis untuk diberikan pada anak yatim. Hari minggu ini menjadi minggu yang sangat ceria. Anak-anak bersukacita saat Glenn mengajari mereka menggambar dan melukis dengan penuh kesabaran. Seorang anak berhasil membuat lukisan sawah hijau dengan sebuah pelangi di langit biru indah.

Glenn bahagia melihat sukacita pada anak yatim dan di dalam hati ia mengucap syukur atas kemurahan Tuhan yang mengizinkan ia menang lomba dan membelikan hadiah kecil untuk membuat mereka bahagia.***

Seperti seorang Glenn tiap kita pun diberikan talenta yang memberikan sukacita dalam hati kita. Setiap kita diajak menjadikan talenta yang ada sebagai berkat bagi orang lain. Dengan berbagai cara Tuhan mengajak kita berbagi untuk sesama. Rasakan dan resapi setiap panggilan Tuhan untuk berbagi apa yang telah Ia berikan dengan cuma-cuma. ***

Sintang, 9 Januari 2012
SCA-AJ.020187



Selendang & syal Khas (Tenun Ikat Kalbar) KP 25 Januari 2012 Kumangnya, Keling Kumang ^-^


16 Januari 2012

SENJA KEENAM DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti

#MENJADI  PRIBADI  YANG  BARU#

Minggu Adven ketiga. Aku bersama dua sahabatku mengikuti misa di Katedral Sintang. Ada yang berbeda karna kali ini misa di pimpin langsung oleh Uskup Sintang. Suasana hening tetap terjaga. Ketika homili berlangsung aku mendengarkannya dengan seksama. Seperti kebiasaanku sebelumnya. Aku akan mencatat homili yang sangat ku sukai. Kali ini Bapa Uskup memberi homili yang berkaitan dengan Yohanes Pembaptis. Tiga hal yang ku catat bahwa Yohanes Pembaptis adalah pribadi yang memberikan tempat utama bagi Tuhan dalam hidupnya. Bersedia mundur dalam perannya ketika Yesus hadir. Menuntun orang-orang kepada Tuhan.

Kemudian Bapa Uskup memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari dengan satu kalimat renungan yang indah. “Sudah seimbangkah hidup kita?.” Tak bisa dipungkiri begitu banyak pribadi yang hanya mencari hal-hal duniawi tanpa diseimbangkan hal surgawi. Bapa Uskup mengajak dalam masa adven ini setiap pribadi mau mawas diri untuk menyambut kedatangan Sang Juru Selamat.***

Satu kalimat yang kudapatkan terus terniang di benakku. “Sudah seimbangkah hidupku?.” Pertanyaan yang kulontarkan pada diriku. Aku merenung. Aku ingin mengimbangi hal duniawi dan surgawi di hidupku.

Sesaat aku teringat perbincangan di Biara Menyurai tentang Pengakuan Dosa. Sudah lama aku tidak pengakuan dengan kesibukan duniawi yang kulakukan. Mungkin aku juga takut. Iya. Itu terjadi setelah dua tahun aku tidak berbicang khusus dengan Tuhan melalui perantaraan Bapa Pengakuanku.

Selasa sore. Aku membuat janji untuk pengakuan dosa bersama Pastor di Menyurai. Kali ini akupun mengajak satu sahabatku. Seorang kakak yang kusayang. Kami memulainya dengan ikut misa sore. Saat-saat yang baik untuk bisa mempersiapkan hati.

“Pastor, aku lupa loh cara pengakuan dosa” ucapku polos sesaat sebelum pengakuan di mulai.

“Nanti saya bantu, Angel. Kalian persiapkan hati dulu dan saya menunggu di ruang pengakuan.”

Aku mendapat giliran pertama. Setiap nasehat yang kudapatkan membuat hatiku sangat tenang. Kali ini aku kembali melewati satu tahap dalam perjalanan imanku. Hatiku gembira saat semuanya telah selesai. ***


MENGAPA HARUS MENGAKU DOSA SAAT INI?

Jika kita jujur, kita harus akui bahwa pertemuan dengan Yesus dan pengampunan sama pentingnya saat ini dan saat Yesus masih hidup di dunia. Kita menyadari bahwa kita orang berdosa, kita tidak mungkin lolos dari kelalaian, kesalahan, komitmen kita, kecemburuan, keinginan kita untuk menjadi nomor satu walaupun dengan mengorbankan orang lain, dan dosa-dosa lain.

Umat Katolik diharapkan menerima Sakramen Tobat minimal 1 kali setahun saat masa pra-paskah. Efek dari rekonsiliasi ini adalah bersatunya kembali orang berdosa itu dengan Allah.

Agar Sakramen Tobat sempurna, orang yang berdosa tersebut harus benar-benar tulus mengakui dosanya sendiri; jujur dan mengakui semua dosanya; menerima penetensi, dan berkeinginan untuk tidak berbuat dosa lagi. Orang tersebut harus benar-benar menyesal, dan mengerti bahwa mereka telah meninggalkan Tuhan dan Gereja sebagai Tubuh Kristus. Pengakuan tersebut harus jujur, spesifik.

Keinginan untuk tidak berbuat dosa lagi tidak bermaksud, bersumpah tidak melakukan dosa lagi, tetapi berkeinginan untuk tidak berbuat dosa lagi dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari dosa tersebut.***

Bila aku merenungkan perjalanan hidupku. Aku merasa bahwa Tuhan telah menjadikanku pribadi yang baru. Aku masih sangat ingat kado yang ku minta pada Tuhan sebagai hadiah Natal tahun ini. Dalam doa kuucapkan permohonanku. Semakin gema Natal terdengar lebih dekat. Hadiah dari Tuhan kudapatkan satu demi satu.

Tiap kesempatan yang Tuhan hadirkan. Tiap pertemuan yang terjadi menyadarkanku bahwa Tuhan menyiapkan semuanya dengan indah. Semua di masa lalu hanya akan menjadi masa lalu, namun ada banyak pelajaran yang dapat kupetik dari tiap kejadian. Masa sekarang telah kumulai bersama Tuhan.

Saat kuletakan semua pergumulanku di bawah kakiNya. Ketika Ia mengampuni dosaku. Tangan Tuhan menjamahku dan membentukku menjadi bejana yang indah. Saat ku rasakan tiap keindahan bersama Tuhan. Aku telah melepaskan diriku yang dulu. Terlahir menjadi pribadi baru seperti Ia yang akan datang dan lahir dalam peringatan Natal nanti.***

Senja kali ini, aku kembali merasakan Tangan Kasih Tuhan yang menggandengku  untuk mengikuti jalan yang Ia sediakan. Ketika aku berjalan bersamaNya. Ketika aku mencoba mengimbangi hal duniawi dan surgawi. Suka cita terus datang dan membuatku bahagia.

Aku berharap akan semakin banyak cerita yang bisa aku dapatkan sebagai bekalku dalam perjalanan hidup dan iman. Hingga aku benar-benar siap menjadi pribadi yang dapat diutus untuk mewartakan kabar gembira bersamaNya.***

"………………Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan di bukakan bagimu. LUKAS 11 : 9.

Sintang, 13 Desember 2011
SCA-AJ.020187


Referensi : KEKUATAN PENYEMBUHAN DALAM SAKRAMEN TOBAT
oleh: Fr. Albert A. Caprio, O.P




SENJA KELIMA DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti

#TUHAN DEKAT KETIKA TERASA JAUH#

Beberapa hari ini aku merasa begitu galau. Entah karna aku sedang ikut lomba menulis cerita galau saat terdampar di hutan Kalimantan, ataukah galau yang lain?. Awalnya aku tak pernah tahu galau itu seperti apa. Tapi ternyata aku benar-benar mengalaminya. Satu peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi membuatku menjadi sangat galau. Aku bisa menangis tiba-tiba, tidak bisa berpikir tenang, bahkan memejamkan mata untuk beristirahatpun begitu sulit. Aku putus asa ketika kegalauan membuatku begitu kacau. Aku terus mencari arah langkah untuk menenangkan diri.

Satu tempat yang selalu menjadi pilihanku. Biara Menyurai. Tempat aku merasakan sisi lain yang indah dari kehidupan. Menunggu waktu yang tepat cukup membuatku kerepotan menghilangkan kegalauan sendirian. Berdoa. Aku bahkan tak bisa menenangkan diri untuk berteduh dalam doa.

Sabtu sore, ketika kesempatan datang aku bergegas ke sana. Sesaat memasuki halaman Biara perasaan tenang menjalar ke seluruh tubuhku. Aku bersantai sambil menunggu Pastor datang. Kunikmati suasana sambil duduk di teras samping dan memejamkan mata sejenak.
“Angel, ayo masuk ke dalam” suara Pastor memanggilku. Akupun bergegas masuk dan bersantai di ruang makan.

Berbincang sambil menyantap buah rambutan. Hal lain yang menyenangkan di tempat ini. Sambil bercerita menunggu Misa membuat aku benar-benar melupakan semua kegalauan hati. Aku tertawa, bercanda dan damai merasuki jiwaku.

“Pastor, tema aku datang sore ini Galau loh” candaku dalam  perbincangan.    

“Terkadang kegalauan itu penting Angela. Membuat dinamika kehidupanmu menjadi berfluktuatif. Kamu berada di puncak ketika merasa bahagia. Saat kegalauan  hadir dan kamu terjatuh lebih dalam. Kamu harus belajar mendaki tahap demi tahap untuk kembali mencapai puncak yang terlihat sangat jauh. Bila kamu dapat melakukannya, kamu akan mendapatkan banyak hal yang membuatmu lebih kuat.”

Aku terenyuh, perkataan Pastor sangat masuk dalam logikaku. Hati yang awalnya galau menjadi terobati dengan setiap nasehat yang di hadirkan.***

Perbincangan terhenti karna kami harus bersiap-siap misa sore. Dan sekali lagi aku merasa begitu damai. Suasana hening membuatku mampu menghilangkan kegalauan untuk berbincang bersama Tuhan. Sungguh menyenangkan mengalami semua ini. Terlebih saat Doa Syukur Agung di haturkan. Tubuh dan Darah Kristus yang di persiapkan untuk kuterima membuat jantungku berdetak sangat cepat. Aku kebingungan. Apa yang terjadi padaku? Aku tak pernah mengalami hal seperti ini.

Saat aku menerima Tubuh dan Darah Kristus dengan ucapan syukur, aku merasakan hal yang berbeda. Kegalauan itu benar-benar sirna. Tak tersisa. Hatiku bersorak sorai kegirangan.

Setelah misa dan makan malam, aku kembali berkesempatan mengikuti Doa Rosario. Semua terasa sangat lengkap ketika aku melakukan “spasi” dalam hariku. Spasi dengan berdoa bersama mereka, selalu memberikan hal baru yang membuatku bersuka cita. Aku tak lagi harus merasakan kegalauan. Aku mendaki tahap demi tahap jurang yang membuatku terpuruk beberapa saat.

“Tuhan dekat saat terasa jauh” satu kalimat dari Pastor menjadi satu renungan bagiku.

Aku teringat satu kisah. Saat mendapati cobaan dan berjalan di tanah penuh krikil yang tajam, kita terkadang bertanya “Tuhan dimana?.” Kita merasa Tuhan jauh dan pergi meninggalkan kita.

Namun satu hal yang mampu menggambarkan betapa besar KasihNya. Saat kita melihat tapak kaki dengan tetesan darah di jalan penuh krikil. Kita bertanya siapa pemilik tapak kaki itu. Bukankah itu tapak kakiku? Lalu Tuhan dimana?.

Tuhan dengan penuh kasih menjawab “Itu tapak kakiKu.”

“Lalu aku dimana Tuhan?”

“Aku menggendongmu.”***

Senja kali ini mengajarkanku bahwa kegalauan bukan berarti hal yang buruk. Ketika aku diizinkan mengalaminya. Tuhan mengajakku untuk belajar dan memahami Tuhan selalu ada dalam suka dukaku. Ia ingin aku menjadi pribadi yang kuat melewati setiap hujan badai. Dan kali inipun aku sadar. Saat kegalauan itu hadir, Tuhan ingin mengajakku semakin dekat padanya. Kegalauan membuat Tuhan terasa jauh, namun ia juga bisa membuat kita sadar bahwa Tuhan sangat dekat. Ia ada di hati kita. Sekarang dan selamanya.

Sabtu, 10 Desember 2011
SCA-AJ.020187

SENJA KEEMPAT DI BIARA MENYURAI

By. Angela Januarti

#Merasakan Kasih Tuhan#

Sore ini aku kembali ingin berkunjung ke Biara, terlebih ketika Pastor berkata mereka akan bermain futsal di halaman depan Biara. Aku sangat antusias ingin menjadi supporter mereka saat bertanding. Akupun pergi setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku mengendarai motorku perlahan karena kondisi badanku belum pulih dari sakit tyhpus tiga hari lalu.

Saat memasuki area halaman Biara, aku melihat suasana begitu sepi dan tidak ada tanda-tanda mereka bertanding futsal. Saat aku sedang menunggu di parkiran biara, seorang frater menemuiku. Kamipun berbincang dan aku diberitahu mereka sudah selesai bertanding, niatku untuk menjadi supporter pun belum bisa terlaksana.
Sesaat Pastor yang ingin aku temui datang bersama dua adik angkatnya dan kami menunggu waktu misa dengan memanen buah rambutan. Aku sangat bersemangat menikmati keceriaan ini sambil berbincang. Pastor, Frater, aku, satu anak asrama dan dua adik kecil bekerjasama memanen rambutan.***

Hari ini aku Misa sore bersama mereka, ada yang berbeda karena satu Pastor yang belum aku kenal memimpin Misa dan semua yang tinggal di Biara berada di tempat dan juga mengikuti Misa. Hari ini Gereja memperingati hari St. Fransiskus Xaverius. Ia adalah salah satu misionaris terbesar serta merupakan seorang perunding dan duta terbaik yang pernah ada. St. Fransiskus Xaverius (Fransiskus dari Xavier) digelari oleh Paus Pius X sebagai pelindung misi dan karya pewartaan iman.

Setelah Misa selesai, aku menunggu untuk kembali berbincang dengan Pastor sambil duduk di ruang makan, sesaat seorang Pastor yang memimpin Misa menghampiriku dan aku mengajak berkenalan. Perbincanganpun di mulai, karena Pastornya sangat ramah dan humoris akupun dengan mudah menyesuaikan diri. Dalam sela perbincangan Pastor membahas tentang St.Fransiskus Xaverius dan tiba-tiba Pastor berkata padaku “Siapa tahu Angel juga mau masuk biara,” sesaat aku tersentak dan terdiam. Kemudian akupun meminta Pastor bercerita tentang perjalanan hidupnya sampai menjadi seorang imam.

“Saya tergolong berusia tua masuk biara Angela, dalam perjalanan hidup menjalinan kasih yang Tuhan izinkan selama 6 tahun. Tiba-tiba Tuhan mengizinkan saya merasakan Kasihnya yang lebih Nyata dalam panggilan imam. Bisa jadi nanti Angela juga merasakan Kasih Tuhan ini.”***


Seperti seorang St.Fransiskus Xaverius yang merupakan pemuda pandai dari sebuah keluarga yang kaya dan terpelajar di Spanyol namun menghabiskan banyak waktunya di Prancis. Sebagai anak seorang yang berkecukupan, tentu nilai – nilai materialistis dari keluarganya menurun juga padanya. Cita–cita Fransiskus Xaverius sejak kecil adalah mengejar kebahagiaan dunia sebagaimana yang dia alami selama masa kecilnya. Pada usia delapan belas tahun ia belajar di Universitas Paris. Ia masuk college St. Barbara dan pada tahun 1528 meraih gelar magisternya (licentiate). Di sinilah ia bertemu dengan St. Ignatius Loyola (pendiri Serikat Yesus), dan St. Fransiskus adalah satu dari tujuh orang pertama dari Serikat Yesus yang pada tahun 1534 di Montmartre mengucapkan kaul untuk melayani Tuhan. Bersama mereka, St. Fransiskus menerima tahbisan imamatnya di Venice tiga tahun kemudian.

Pada musim semi tahun 1545, St. Fransiskus berlayar ke Malaka, di Semenanjung Malaya. Ia juga mengunjungi Maluku, Ambon, Ternate, Gilolo, dan tempat-tempat lainnya. Dalam misi ini dia mengalami banyak penderitaan, tetapi ia menulis kepada St. Ignatius, “Bahaya-bahaya yang saya hadapi dan tugas-tugas yang saya terima dari Tuhan sungguh-sungguh merupakan sumber air sukacita rohani, sehingga pulau-pulau ini merupakan suatu tempat di dunia di mana orang kehilangan pandangannya karena banyaknya air mata, yaitu air mata sukacita. Saya tidak ingat kapan saya pernah merasakan sukacita batin seperti ini. Penghiburan-penghiburan ini mengambil semua penderitaan badan dan semua kesulitan dari para musuh dan teman-teman yang tidak dapat dipercaya.”

Tuhan melakukan banyak mukjizat penyembuhan melalui St. Fransiskus. Di Malaka ia membangkitkan kembali seorang gadis muda yang tidak saja sudah mati, tetapi sudah dikubur selama tiga hari. Ibu dari anak tersebut datang kepada St. Fransiskus dan dengan penuh keyakinan akan kuasa Allah ia memohon padanya untuk menghidupkan kembali anaknya. Kagum akan iman ibu tersebut yang baru saja mengimani Kristus, St. Fransiskus mendengarkan permohonannya. Ia menoleh kepada ibu ini, meyakinkannya bahwa anaknya hidup, dan menyuruhnya pergi ke kuburan untuk membuka kuburnya. Ibu itupun pergi dan melakukan apa yang diperintahkan St. Fransiskus. Dan, ia menemukan bahwa anaknya sungguh hidup!

Ketika di kapal, St. Fransiskus terserang demam pada tanggal 21 November. Esoknya ia dibawa ke pantai lagi, namun para awak kapal takut terhadap tuan mereka sehingga membiarkan St. Fransiskus di atas pasir pantai. Ia terkena angin utara yang menusuk, sampai seorang pedagang Portugis yang murah hati membawanya ke gubuknya yang sederhana. St. Fransiskus terkena demam tinggi, mengeluarkan darah, namun ia tak henti-hentinya berdoa di tengah-tengah kejang-kejang dan suara mengigaunya. Ia semakin lemah dan lemah. Pada hari Sabtu pagi tanggal 3 Desember 1552, “Saya [Antony] dapat melihat bahwa ia sekarat dan saya menyalakan lilin di tangannya. Kemudian, dengan nama Yesus di bibirnya, ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan, Sang Pencipta dengan tenang dan penuh kedamaian.” St. Fransiskus meninggal pada usia 46 tahun. Sebelas tahun dari hidupnya ia lewatkan di Timur. Tubuhnya dimakamkan pada hari Minggu sore dengan dihadiri oleh empat orang, yaitu Antony, seorang Portugis, dan dua orang budak.

Berdasarkan usulan seseorang di kapal, peti mati ditutupi dengan kapur di sekitar tubuh kalau-kalau nanti harus dipindahkan. Lebih dari sepuluh minggu kemudian kuburan dan peti dibuka. Kapur diangkat dari muka dan ditemukan bahwa wajahnya tidak rusak dan tetap cerah warnanya, demikian juga bagian tubuh lainnya dan hanya bau kapur. Tubuhnya kemudian dibawa ke kapal dan dibawa ke Malaka di mana diterima dengan penuh hormat. Pada akhir tahun dibawa ke Goa, dimana tubuh itu dan ketidakrusakannya dibuktikan oleh para dokter. Hingga sekarang tubuhnya masih ada di Gereja Good Jesus. St. Fransiskus dikanonisasi pada tahun 1622, bersama dengan St. Ignatius Loyola, St. Teresa Avila, St. Filipus Neri, dan St. Isidore.

Riwayat hidup St. Fransiskus Xaverius mengungkapkan betapa gembira hatinya menerima Kabar Gembira Kerajaan Allah, menerima Sang Mesias, sehingga ia tak segan-segan berkeliling dunia dan menghadapi segala tantangan untuk membagikan kegembiraannya dengan mewartakan Sang Mesias. Riwayatnya merupakan sebuah ajakan agar kita menyadari betapa berharganya Kabar Gembira Kerajaan Allah, betapa berharganya Kristus Sang Mesias. Dengan iman dan kesadaran ini marilah kita menyambut Sang Mesias dengan penuh sukacita.***


Dalam tiap kesempatan  aku melewati senja bersama mereka, akupun mendapatkan banyak Kasih Tuhan yang kupelajari dari kehidupan rohani yang mereka bagikan. Terlebih aku sangat gembira melewati Misa dan berdoa Rosario bersama. Sosok para Frater, Bruder dan Pastor di sana bisa menjadi sabahat, abang, dan orangtua yang terus memberi aku motivasi dalam perjalanan iman.

Mereka telah menerima panggilan dan merasakan Kasih Tuhan seperti St. Fransiskus Xaverius dan para Misionaris lainnya. Sedangkan aku juga gembira menerima Kasih Tuhan dalam cara yang berbeda dan panggilan yang lain. Aku bahagia menjadi seorang Angela yang bisa mengenal mereka dan terus berbagi cerita. Aku bahagia bisa mendapatkan teladan seperti seorang St. Fransiskus Xaverius dan para orang Kudus lainnya.

Namun bila pada akhirnya Tuhan ingin aku merasakan Kasih-Nya yang lebih Nyata dalam panggilan hidup membiara seperti mereka, aku ingin belajar dari sosok seorang Bunda Maria yang menerima Rahmat Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus Kristus dengan penuh suka cita dengan berkata “Jadilah padaku menurut perkataanMu.” Aku akan menjawab “Jadilah padaku menurut KehendakMu.”

Senja kali ini aku kembali mendapatkan pengalaman yang berkesan bersama mereka dan pengalaman ini menjadi pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan. Aku berdoa semoga Tuhan terus menjaga dan memberkati setiap langkah meraka serta misionaris lainnya dalam pewartaan Kabar Gembira dan Kasih Tuhan. Akupun berdoa sampai tiba waktunya aku akan siap untuk memilih satu panggilan yang akan aku jalani dengan penuh suka cita.***

Sintang, 3 Desember 2011
SCA-AJ.020187
Referensi : www.carmelia.net/index.php?...st-fransiskus-xaverius.
Foto saya
Berasal dari Rawak-Kalimantan Barat. Seorang yang biasa seperti orang-orang pada umumnya. Senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang yang belum dikenal. Proses tersebutlah yang membuatnya belajar banyak hal dalam kehidupan. Cintanya adalah kebijaksanaan, dicarinya sejak masa muda. Ia ingin memperolehnya sebagai mempelai. -AJ.020187-

Followers

Bookmark

ADS-468x60

Pages

ADS 125x125